Jumat, 22 Januari 2016

BUDI DAYA CABE RAWIT

BUDI DAYA CABE RAWITbello.com

1.      PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang
Cabe rawit (Capsicum annum) merupakan salah satu jenis rempah yang seringkali ditambahkan sebagai bumbu masakan karena rasanya yang pedas memberikan kesegaran, serta mengandung Vitamin C yang bermanfaat bagi kesehatan. Karena kekhasan rasanya sehingga hamper semua orang menggunakan cabe. Selain sebagai bumbu juga dapat memberikan warna yanga membuat orang yang melihat berselerah. Kebutuhan sebagai bumbu memiliki indicator bahwa cabe diperlukan dalam jumlah yang besar.
Hal ini merupakan salah satu peluang yang dapat dimanfaatkan untuk membudidayakan cabe dengan baik dan benar sehingga memperoleh produksi yang tinggi.  Selain itu harganya cukup tinggi jika dibandingkan dengan cabe keriting ataupun cabe jenis lainnya.
Cabe rawit dapat tumbuh baik di dataran tinggi, maupun di dataran rendah . bertanam cabe rawit dapat memberikan nilai ekonomi yang cukup tinggi apabila diusahakan dengan sungguh – sungguh. Satu hektar tanaman cabe rawit mampu menghasilkan 8 ton buah cabe rawit karena tanaman cabe rawit dapat kita usahakan selama dua sampai dua setengah tahun selama musim tanam (Polengs, 2011).
Sehingga perlu untuk mengetahui bagaimana pengembangan budidaya tanaman cabe yang benar untuk menghasilkan produksi yang tinggi.
1.2        Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengembangan budidaya tanaman cabe yang benar untuk meng hasilkan produksi yang tinggi.
2
2.                  TINJAUAN PUSTAKA
2.1        Tinjauan Umum Tanaman Cabe
Tanaman cabe merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan (solanaceae) yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp. Cabe berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia. Selain di Indonesia, ia juga tumbuh dan populer sebagai bumbu masakan di negara-negara Asia Tenggara lainnya.  Di Malaysia dan Singapura dinamakan cili padi, di Filipina siling labuyo, dan di Thailand phrik khi nu. Di Kerala, India, terdapat masakan tradisional yang menggunakan cabe rawit dan dinamakan kanthari mulagu. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Thai pepper atau bird’s eye chili pepper (Polengs, 2011).
Buah cabe rawit berubah warnanya dari hijau menjadi merah saat matang dapat dilihat pada gambar 1. Meskipun ukurannya lebih kecil daripada varitas cabai lainnya, ia dianggap cukup pedas karena kepedasannya mencapai 50.000 – 100.000 pada skala Scoville. Cabe rawit biasa di jual di pasar-pasar bersama dengan varitas cabe lainnya.
 
 

Tanaman cabe merupakan tanaman perdu dengan percabangan banyak, tinggi 50-100 cm.  Batangnya berbuku-buku atau bagian atas bersudut. Daun tunggal, bertangkai, letak berselingan. Helaian daun bulat telur, ujung meruncing, pangkal menyempit, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 5-9,5 cm, lebar 1,5-5,5 cm, berwarna hijau. Bunga keluar dari ketiak daun, mahkota bentuk bintang, bunga tunggal atau 2-3 bunga letaknya berdekatan, berwarna putih, putih kehijauan, kadang-kadang ungu. Buahnya buah buni, tegak, kadang-kadang merunduk, berbentuk bulat telur, lurus atau bengkok, ujung meruncing, panjang 1-3 cm, lebar 2,5-12 mm, bertangkai panjang, dan rasanya pedas.
4
Buah muda berwarna hijau tua, putih kehijauan, atau putih, buah yang masak berwarna merah terang.  Bijinya banyak, bulat pipih, berdiameter 2-2,5 mm, berwarna kuning kotor.
Cabe rawit terdiri dari tiga varietas, yaitu cengek leutik yang buahnya kecil, berwarna hijau, dan berdiri tegak pada tangkainya; cengek domba (cengek bodas) yang buahnya lebih besar dari cengek leutik, buah muda berwarna putih, setelah tua menjadi jingga; dan ceplik yang buahnya besar, selagi muda berwarna hijau dan setelah tua menjadi merah. Buahnya digunakan sebagai sayuran, bumbu masak, acar, dan asinan. Daun muda dapat dikukus untuk lalap. Cabe rawit dapat diperbanyak dengan biji (Polengs, 2011).
2.2        Syarat Tumbuh
Pada umumnya cabe dapat ditanam pada dataran rendah sampai ketinggian 2000 meter dpl, serta menyukai daerah kering, dan ditemukan pula pada ketinggian 0,5-1.250 m dpl. Cabe dapat beradaptasi dengan baik pada temperatur 24 – 27 derajat Celsius dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi. Tanaman cabe dapat ditanam pada tanah sawah maupun tegalan yang gembur, subur, tidak terlalu liat dan cukup air. Permukaan tanah yang paling ideal adalah datar dengan sudut kemiringan lahan 0 sampai 10 derajat serta membutuhkan sinar
5
matahari penuh dan tidak ternaungi, pH tanah yang optimal antara 5,5 sampai 7.
Tanaman cabe juga sangat bagus jika intensitas pengairannya cukup, tetapi apabila jumlahnya berlebihan dapat menyebabkan kelembaban yang tinggi dan merangsang tumbuhnya penyakit jamur dan bakteri, namun sebaliknya jika kekurangan air, tanaman cabe dapat kurus, kerdil, layu dan mati. Sehingga harus benar-benar diperhatikan tingkat pengairannya agar tak terlalu over. Pengairan dapat menggunakan irigasi, air tanah dan air hujan, sebaiknya menghadapai musim kemarau, kita membuat kolam penampung dari pelastik di kebun kita agar pasokan air untuk tanaman dapat terjaga secara optimum (Polengs, 2011).
2.3        Budidaya Tanaman Cabe
Dalam pembudidayaan cabe, perlu ketrampilan dan pengalaman lapangan yang memadai. Pemilihan varietas sangat penting untuk menyesuaikan dengan kondisi lahan dan kebutuhan pasar (Sihotang, 2010). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya adalah sebagai berikut :
a.      Persemaian Tanaman Cabe
Tahap awal budidaya cabe adalah membuat persemaian guna menyiapkan bibit tanaman yang sehat, kuat dan seragam sebagai bahan tanam di lapangan. Media semai yang
6
dipergunakan hendaknya mempunyai struktur yang remah, tidak menahan air dan cukup nutrisi. Bahan yang dapat digunakan adalah campuran kompos, tanah, dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Untuk menambahkan nutrisi berikan pupuk NPK grand S-15 sebanyak 80 gram yang telah dihaluskan untuk tiap 3 ember campuran bahan tersebut (Sihotang, 2010).
Setelah bahan tercampur, masukkan bahan pada kantung plastik dengan ukuran 8 x 9 cm sampai 90 % penuh, dan buat lubang pembuangan air pada plastik bagian bawah yang telah terisi media.  Atur media pada bedeng semai yang telah disiapkan. Bedeng semai dibuat dengan tinggi 20 – 50 cm dengan lebar 80 – 100 cm dan panjang menyesuaikan kondisi. Arah bedengan diatur membujur utara selatan dengan memberikan atap penutup dari plastic dengan tiang penyangga bagian timur 100 cm dan bagian barat 80 cm atau atap dapat dibuat dengan model ½ lingkaran . Hal ini dimaksudkan agar bibit yang tumbuh cukup mendapatkan sinar matahari sehingga tidak mengalami etiolasi (Sihotang, 2010).
Langkah selanjutnya adalah pemeraman benih yang bertujuan untuk mengecambahkan benih. Media pemeraman yang digunakan adalah kain handuk atau 3 – 5 lapis kertas merang yang disemprot dengan larutan fungisida Victory dengan kosentrasi 3 gram / liter. Benih ditaburkan secara merata pada media dan diusahakan tidak menumpuk. Benih yang digunakan sebaiknya benih cabe hibrida yang telah diberi perlakuan pestisida (Sihotang, 2010).
7
Media digulung atau dilipat dan disimpan dalam suhu kamar. Untuk menjaga kelembaban media peram, semprotkan air dengan handspray setiap pagi dan sore. Setelah 4 sampai 7 hari, benih akan mengeluarkan radikula atau calon akar. Dengan bantuan penjepit, benih yang telah mengeluarkan calon akar di tanam pada media semai yang disiram terlebih dahulu setiap pagi dan sore persemaian perlu disiram. Untuk mencegah gangguan cendawan, semprot persemaian dengan fungisida Starmyl 25WP dan Victory 80WP secara bergantian dengan konsentrasi 0,5 gram / liter. Untuk mencegah gangguan hama persemaian, semprot dengan insektisida winder 100ec dengan konsentrasi 0,5 cc / liter. Persemaian juga dapat dilakukan dengan meletakkan benih secara langsung pada media semai tanpa diperam terlebih dahulu (Sihotang, 2010).
b.      Pengolahan Tanah untuk Penanaman Cabe
Lahan yang akan dipakai tempat penanaman harus dibersihkan dari segala macam gulma dan akar bekas tanaman lama, agar pertumbuhan akar tidak terganggu dan untuk menghilangkan tumbuhan yang menjadi inang hama dan penyakit. Apabila lahan banyak ditumbuhi gulma, pembersihannya lebih baik menggunakan Herbisida Sistemik seperti Rambo 480AS dengan dosis 2 sampai 4 liter per hektar (Sihotang, 2010). 
Selanjutnya lahan dibajak dan digaru dengan hewan ternak maupun dengan bajak
8
traktor. Pembajakan dan penggaruan bertujuan untuk menggemburkan, memperbaiki aerasi tanah dan untuk menghilangkan OPT yang bersembunyi di tanah.  Buat bedengan dengan ukuran lebar 100 – 110 cm dengan ketinggian bedengan 50 – 60 cm dan lebar parit 50 – 60 cm . Panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan (Sihotang, 2010).
Pengukuran pH tanah juga perlu dilakuan dengan alat pH meter atau dengan kertas lakmus. Untuk menaikkan pH tanah lakukan pengapuran lahan menggunakan dolomint atau kapur gamping dengan dosis 2 – 4 ton/Ha atau 200 – 400 gram/meter persegi tergantung pH tanah yang akan dinaikkan. Pengapuran diberikan pada saat pembajakan atau pada saat pembuatan bedengan bersamaan dengan sebar kompos atau pupuk kandang. Pupuk kandang yang diperlukan adalah 10 sampai 20 ton/ha atau ½ sampai 1 zak untuk 10 meter panjang bedengan. Pupuk dasar yang diberikan adalah pupuk NPK grand S-15, 2 kg untuk 10 meter panjang bedengan atau 2 ton / hektar  (Sihotang, 2010).
Tahap berikutnya adalah pemasangan mulsa plastik hitam perak yang berguna untuk menekan perkembangbiakan hama dan penyakit, pertumbuhan gulma, mengurangi penguapan, mencegah erosi tanah, mempertahankan struktur, suhu dan kelembaban tanah serta dapat mencegah terjadinya pencucian pupuk. Pemasangan mulsa dilakukan dengan cara membentang dan menarik antara dua sisi dengan permukaan perak di bagaian atas.
9
Setiap ujung dan sisi mulsa dikancing dengan pasak. Agar pemasangan mulsa lebih optimal dan dapat menutup permukaan bedengan dengan baik sebaiknya dilakukan pada siang hari atau saat cuaca panas (Sihotang, 2010).
c.       Teknik Bertanaman Cabe
Selanjutnya dikatakan jarak tanam yang digunakan adalah 50 – 60 cm jarak antar lubang dan 60 – 70 cm untuk jarak antar barisan dengan pola penanaman model segitiga atau zig-zag.  Pembuatan lubang tanam sedalam 8 sampai 10 cm dilakukan bersamaan dengan pembuatan lubang pada mulsa yang berpedoman pada pola yang dipakai dan sesuai jarak tanam yang dianjurkan . Pembuatan lubang pada mulsa dapat juga menggunakan sistem pemanasan dengan menggunakan kaleng dengan diameter kurang lebih 8 – 10 cm. Lubang tanam dibuat dengan cara menugal tanah sedalam 8 – 10 cm. 
Bibit cabe dipersemaian yang telah berumur 15 – 17 hari atau telah memiliki 3 atau 4 daun, siap dipindah tanam pada lahan. Semprot bibit dengan fungisida dan insektisida 1 – 3 hari sebelum dipindahtanamkan untuk mencegah serangan penyakit jamur dan hama sesaat setelah pindah tanam. Seleksi dan pengelompokan bibit berdasarkan ukuran besar kecil dan kesehatanya. Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari atau pada saat cuaca tidak terlalu panas, dengan cara merobek kantong semai dan diusahakan media tidak pecah dan langsung
10
dimasukkan pada lubang tanam, kemudian lakukan pemasangan lanjaran atau ajir, dipasang di samping lubang tanam  (Sihotang, 2010).
d.      Pemeliharaan Tanaman Cabe
Setelah tanaman berumur 7 – 14 hari setelah tanam , tanaman yang tidak dapat tumbuh dengan normal atau mati perlu dilakukan penyulaman dengan bibit yang masih ada di persemaian. Jika pada lubang tanam tumbuh gulma, maka perlu dilakukan penyiangan dengan cara mencabut . Pengendalian gulma perlu dilakukan pada gulma yang tumbuh di parit dengan menggunakan cangkul atau dengan herbisida Rambo 480AS. Pada saat aplikasi nozelnya perlu diberi sungkup agar semprotan herbisida tidak mengenai tanaman cabe  (Sihotang, 2010).
Pewiwilan perlu dilakukan pada tunas yang tumbuh pada ketiak yang berada dibawah cabang utama dan bunga pertama yang muncul pada cabang utama. Pewiwilan ini dilakukan agar pertumbuhan vegetatif tanaman dapat optimal  (Sihotang, 2010).
Pengikatan dilakukan saat tanaman umur 10 – 15 hst dengan mengikatkan batang yang berada dibawah cabang utama dengan tali plastic pada lanjaran atau ajir. Pada saat tanaman berumur 30 – 40 hst, ikat tanaman diatas cabang utama dan ikat juga pada saat pembesaran buah yaitu pada umur 50 -60 hari setelah tanam  (HST) (Sihotang, 2010).
11 

e.       Pengairan

Pengairan dilakukan setiap 7 – 10 hari atau tergantung kondisi lahan dengan cara menggenangi. Pada waktu pelepasan air dari petak penanaman harus dilakukan dengan pelan agar tidak terjadi pencucian pupuk dari bedeng tanaman (Sihotang, 2010).
2.4        Panen dan Pasca Panen
a.      Panen
Pada saat tanaman berumur 75–85 HST yang ditandai dengan buahnya yang padat dan warna merah menyala, buah cabe siap dilakukan pemanenan pertama.  Umur panen cabe tergantung varietas yang digunakan, lokasi penanaman dan kombinasi pemupukan yang digunakan serta kesehatan tanaman. Tanaman cabe dapat dipanen setiap 2–5 hari sekali tergantung dari luas penanaman dan kondisi pasar (Sihotang, 2010).
Pemanenan dilakukan dengan cara memetik buah beserta tangkainya yang bertujuan agar cabe dapat disimpan lebih lama. Buah cabe yang rusak akibat hama atau penyakit harus tetap di panen agar tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman cabe sehat.  Pisahkan buah cabe yang rusak dari buah cabe yang sehat.
Waktu panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena bobot buah dalam keadaan optimal akibat penimbunan zat pada malam hari dan belum terjadi penguapan (Sihotang, 2010).
12
b.      Pasca Panen Tanaman Cabe
Hasil panen yang telah dipisahkan antara cabe yang sehat dan yang rusak, selanjutnya dikumpulkan di tempat yang sejuk atau teduh sehingga cabe tetap segar.  Untuk mendapatkan harga yang lebih baik, hasil panen dikelompokkan berdasarkan standar kualitas permintaan pasar seperti untuk supermarket, pasar lokal maupun pasar eksport (Sihotang, 2010).
Setelah buah cabe dikelompokkan berdasarkan kelasnya, maka pengemasan perlu dilakukan untuk melindungi buah cabe dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Kemasan dapat dibuat dari berbagai bahan dengan memberikan ventilasi. Cabe siap didistribusikan ke konsumen yang membutuhkan cabe segar. Dengan penerapan teknologi budidaya, penangganan pasca panen yang benar dan tepat serta penggunaan benih hibrida yang tahan hama penyakit dapat meningkatkan produksi cabe yang saat ini banyak dibutuhkan (Sihotang, 2010).
13
3.      PEMBAHASAN
Tanaman cabe banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di Negara asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni Cabe besar, cabe keriting, cabe rawit dan paprika. Secara umum cabe memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori, Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C. Selain digunakan untuk keperluan rumah tangga, cabe juga dapat digunakan untuk keperluan industri diantaranya, Industri bumbu masakan, industri makanan dan industri obat-obatan atau jamu (Sophia, 2012).
Beragam manfaat dari cabe merupakan peluang dalam membudidayakannya. Namun membudidayakan perlu memperhatikan tahapan-tahapan yang tepat dan cara yang benar, sehingga diperoleh hasil yang memuaskan. 
Adapun tahapan-tahapan dalam pembudidayaan yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut :
1.      Pengolahan tanah, dilakukan membajak atau mencangkul sedalam 25 – 30 cm hingga tanah menjadi gembur . setelah itu biarkan 7 – 14 hari untuk mendapatkan sinar matahari
- pembuatan bedeng
• lebar bedeng 100 – 120 cm
• tinggi bedeng 20 – 30 cm
• jarak antara bedeng dengan bedeng lainnya 30 – 45 cm . arah bedeng memanjang ke utara selatan (Anonim, 2011).
2.      Syarat tumbuh, budidaya tanaman cabe rawit (Capsicum frustescens) dapat tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 2000 meter dpl, dapat beradaptasi dengan baik pada temperatur 24 – 27 derajat Celsius dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi, ditanam pada tanah sawah maupun tegalan yang gembur, subur, tidak terlalu liat dan cukup air., pH tanah yang optimal antara 5,5  sampai 7, pengairan dapat menggunakan irigasi, air tanah dan air hujan
3.      Persemaian dan penanaman, pada persemaian hal-hal yang harus diperhatikan yaitu syarat pupuk kandang yang baik, jarak tanaman cabe rawit yaitu 50 x 100 cm, 60 x 70 cm, 50 x 90 cm, dan cara pembuatan  jarak tanaman
4.      Pemeliharaan, pada proses pemeliharaan ini tanaman cabe akan melalui proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, cabe ini sama halnya seperti proses pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman lainnya, yaitu mulai dari proses dormansi biji, kemudian perkecambahan, pertumbuhan organ tanaman, perkembangan generatif tanaman, pembuahan, penuaan, sampai akhirnya pada proses kematian.
15
5.      Pemupukan, hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umur cabe rawit 3 minggu setelah tanam (MST), tidak ada perbedaan yang berarti antara pertumbuhan tanaman cabe rawit yang dipupuk dengan NPK dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman cabe rawit yang dipupuk dengan biji kacang-kacangan, termasuk tempe. Data rata-rata pertumbuhan cabe rawit umur 3 minggu setelah tanam disajikan pada Tabel 1 (Hatta, 2010).
6.      Pengendalian hama dan penyakit, hal ini dilakukan jika terjadi serangan hama dan penyakit pada pertanaman cabe rawit dengan menggunakan metode yang ramah lingkungan atau menggunakan musuh alami (Sophia, 2012).  
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh Sorphia (2012), terlihat jelas bahwa tanaman cabe rawit yang di tanam kurang subur dikarenakan pada percobaan ini tanaman cabe di tanam di dalam pot pertumbuhan dan perkembangannya kurang subur. Mungkin dikarenakan kurang perawatan yang efektif. Seharusnya tanaman cabe ditanam pada tanah dengan pH tanah yang optimal antara 5,5  sampai 7
16
Selanjutnya faktor lingkungan, juga ikut mempengaruhi yaitu :
a.  Suhu
b.  Cahaya
c.  Kelembaban dan
e.  Hama.
7.                  Pengajiran Tanaman cabai perlu ditopang pertumbuhannya agar kokoh dan mampu menopang tajuknya yang rimbun. Pemasangan ajir diusahakan sedini mungkin, maksimal satu bulan setelah tanam. Ajir biasa dipasang miring membentuk sudut 450 dengan batang tanaman cabai atau tegak lurus dengan batang tanaman (redaksi Trubus, 2009). Beberapa fungsi dari ajir ini adalah: membantu tegaknya tanaman dari buahnya yang rimbun, tiupan angin, mengotimalkan sinar matahari pada tanaman sehingga fotosintesis berlangsung maksimal, membantu penyebaran daun dan ranting supaya teratur sehingga mempermudah penyiangan dan pemupukan. Selain itu juga penanaman cabai dengan ajir dapat menaikkan produksi buah cabai sampai 48% dan dapat mengurangi serangan hama dan penyakit (Prajanata, 2006)
Bertanam cabai dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko) diantaranya: teknis budidaya, kekahatan hara dalam tanah, serangan hama dan penyakit. Maka dari itu perlu dukungan teknologi budidaya intensif baik itu terkait dengan pemupukan, proses pengolahan
17
lahan, pemeliharaan
maupun penerapan-penerapan teknologi tepat guna sederhana dalam membudidayakannya (Prabowo, 2011). Pemberian unsur hara yang tepat sesuai dengan kebutuhan, waktu tanam dan penempatan hara pada daerah serapan akar juga menjadi pendukung dalam keberhasilan budidaya tanaman cabai. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi cabai besar sekaligus menanggulangi bayaknya permintaan masyarakat tersebut adalah dengan manajemen pemupukan yang menjadi bagian dari intensifikasi pertanian (Suriyadikarta, 2006).
18
4.      KESIMPULAN DAN SARAN
4.1        Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa cabe rawit memiliki peluang untuk dikembangkan dengan membudidayakannya secara benar dan tepat sehingga diperoleh hasil yang memuaskan.
4.2        Saran
Membudidayakan cabe rawit haruslah memperhatikan tahapan-tahapannya dengan benar dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Prajanata, Final. 2007. Kiat Sukses Bertanam Cabai Di musim Hujan. Penebar Swadaya. Cetakan ke XII. Jakarta 64h.
Redaksi TRUBUS. 2001. Bertanam Cabai Dalam Pot. Penebar Swadaya. Jakarta. 42 ha.
Mulyati dan Suriyadikarta,. 2006. Pupuk Dan Pemupukan. UPT Mataram University press. Cetakan I. Mataram.
Hatta M., 2010. Hortikultura. http://emhatta.wordpress.com/ diakses 4 November 2012
Polengs, 2011. Cabai, Pertanian, Tanaman  http:// budidayanews.blogspot.com/ 2011/03/cara-budidaya-cabai-rawit.html  diakses 4 November 2012.
Sophia N., 2012. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabe Rawit. http://sophianirmalida.blogspot.com/2012/03/pertumbuhan-dan-perkembangan-tanaman.html diakses 4 November 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar