BUDI DAYA CABE RAWITbello.com
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cabe rawit (Capsicum annum) merupakan
salah satu jenis rempah yang seringkali ditambahkan sebagai bumbu
masakan karena rasanya yang pedas memberikan kesegaran, serta mengandung
Vitamin C yang bermanfaat bagi kesehatan. Karena
kekhasan rasanya sehingga hamper semua orang menggunakan cabe. Selain
sebagai bumbu juga dapat memberikan warna yanga membuat orang yang
melihat berselerah. Kebutuhan sebagai bumbu memiliki indicator bahwa
cabe diperlukan dalam jumlah yang besar.
Hal
ini merupakan salah satu peluang yang dapat dimanfaatkan untuk
membudidayakan cabe dengan baik dan benar sehingga memperoleh produksi
yang tinggi. Selain itu harganya cukup tinggi jika dibandingkan dengan
cabe keriting ataupun cabe jenis lainnya.
Cabe
rawit dapat tumbuh baik di dataran tinggi, maupun di dataran rendah .
bertanam cabe rawit dapat memberikan nilai ekonomi yang cukup tinggi
apabila diusahakan dengan sungguh – sungguh. Satu hektar tanaman cabe
rawit mampu menghasilkan 8 ton buah cabe rawit karena tanaman cabe rawit
dapat kita usahakan selama dua sampai dua setengah tahun selama musim
tanam (Polengs, 2011).
Sehingga perlu untuk mengetahui bagaimana pengembangan budidaya tanaman cabe yang benar untuk menghasilkan produksi yang tinggi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengembangan budidaya tanaman cabe yang benar untuk meng hasilkan produksi yang tinggi.
2
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tanaman Cabe
Tanaman cabe merupakan tanaman perdu dari famili terong-terongan (solanaceae) yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp.
Cabe berasal dari benua Amerika tepatnya daerah Peru dan menyebar ke
negara-negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Negara Indonesia.
Selain di Indonesia, ia juga tumbuh dan populer sebagai bumbu masakan di
negara-negara Asia Tenggara lainnya. Di Malaysia dan Singapura
dinamakan cili padi, di Filipina siling labuyo, dan di Thailand phrik khi nu. Di Kerala, India, terdapat masakan tradisional yang menggunakan cabe rawit dan dinamakan kanthari mulagu. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Thai pepper atau bird’s eye chili pepper (Polengs, 2011).
Buah
cabe rawit berubah warnanya dari hijau menjadi merah saat matang dapat
dilihat pada gambar 1. Meskipun ukurannya lebih kecil daripada varitas
cabai lainnya, ia dianggap cukup pedas karena kepedasannya mencapai
50.000 – 100.000 pada skala Scoville. Cabe rawit biasa di jual di
pasar-pasar bersama dengan varitas cabe lainnya.
Tanaman
cabe merupakan tanaman perdu dengan percabangan banyak, tinggi 50-100
cm. Batangnya berbuku-buku atau bagian atas bersudut. Daun tunggal, bertangkai, letak berselingan. Helaian daun bulat telur, ujung
meruncing, pangkal menyempit, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang
5-9,5 cm, lebar 1,5-5,5 cm, berwarna hijau. Bunga keluar dari ketiak
daun, mahkota bentuk bintang, bunga tunggal atau 2-3 bunga letaknya
berdekatan, berwarna putih, putih kehijauan, kadang-kadang ungu. Buahnya
buah buni, tegak, kadang-kadang merunduk, berbentuk bulat telur, lurus
atau bengkok, ujung meruncing, panjang 1-3 cm, lebar 2,5-12 mm,
bertangkai panjang, dan rasanya pedas.
4
Buah
muda berwarna hijau tua, putih kehijauan, atau putih, buah yang masak
berwarna merah terang. Bijinya banyak, bulat pipih, berdiameter 2-2,5
mm, berwarna kuning kotor.
Cabe
rawit terdiri dari tiga varietas, yaitu cengek leutik yang buahnya
kecil, berwarna hijau, dan berdiri tegak pada tangkainya; cengek domba
(cengek bodas) yang buahnya lebih besar dari cengek leutik, buah muda
berwarna putih, setelah tua menjadi jingga; dan ceplik yang buahnya
besar, selagi muda berwarna hijau dan setelah tua menjadi merah. Buahnya
digunakan sebagai sayuran, bumbu masak, acar, dan asinan. Daun muda
dapat dikukus untuk lalap. Cabe rawit dapat diperbanyak dengan biji
(Polengs, 2011).
2.2 Syarat Tumbuh
Pada umumnya cabe dapat ditanam pada dataran rendah sampai ketinggian 2000 meter dpl, serta
menyukai daerah kering, dan ditemukan pula pada ketinggian 0,5-1.250 m
dpl. Cabe dapat beradaptasi dengan baik pada temperatur 24 – 27 derajat
Celsius dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi. Tanaman cabe dapat
ditanam pada tanah sawah maupun tegalan yang gembur, subur, tidak
terlalu liat dan cukup air. Permukaan tanah yang paling ideal adalah
datar dengan sudut kemiringan lahan 0 sampai 10 derajat serta
membutuhkan sinar
5
matahari penuh dan tidak ternaungi, pH tanah yang optimal antara 5,5 sampai 7.
Tanaman
cabe juga sangat bagus jika intensitas pengairannya cukup, tetapi
apabila jumlahnya berlebihan dapat menyebabkan kelembaban yang tinggi
dan merangsang tumbuhnya penyakit jamur dan bakteri, namun sebaliknya
jika kekurangan air, tanaman cabe dapat kurus, kerdil, layu dan mati.
Sehingga harus benar-benar diperhatikan tingkat pengairannya agar tak
terlalu over. Pengairan dapat menggunakan irigasi, air tanah dan air
hujan, sebaiknya menghadapai musim kemarau, kita membuat kolam penampung
dari pelastik di kebun kita agar pasokan air untuk tanaman dapat
terjaga secara optimum (Polengs, 2011).
2.3 Budidaya Tanaman Cabe
Dalam
pembudidayaan cabe, perlu ketrampilan dan pengalaman lapangan yang
memadai. Pemilihan varietas sangat penting untuk menyesuaikan dengan
kondisi lahan dan kebutuhan pasar (Sihotang, 2010). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya adalah sebagai berikut :
a. Persemaian Tanaman Cabe
Tahap
awal budidaya cabe adalah membuat persemaian guna menyiapkan bibit
tanaman yang sehat, kuat dan seragam sebagai bahan tanam di lapangan.
Media semai yang
6
dipergunakan
hendaknya mempunyai struktur yang remah, tidak menahan air dan cukup
nutrisi. Bahan yang dapat digunakan adalah campuran kompos, tanah, dan
pasir dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Untuk menambahkan nutrisi berikan
pupuk NPK grand S-15 sebanyak 80 gram yang telah dihaluskan untuk tiap 3
ember campuran bahan tersebut (Sihotang, 2010).
Setelah
bahan tercampur, masukkan bahan pada kantung plastik dengan ukuran 8 x 9
cm sampai 90 % penuh, dan buat lubang pembuangan air pada plastik
bagian bawah yang telah terisi media. Atur media pada bedeng semai yang
telah disiapkan. Bedeng semai dibuat dengan tinggi 20 – 50 cm dengan
lebar 80 – 100 cm dan panjang menyesuaikan kondisi. Arah bedengan diatur
membujur utara selatan dengan memberikan atap penutup dari plastic
dengan tiang penyangga bagian timur 100 cm dan bagian barat 80 cm atau
atap dapat dibuat dengan model ½ lingkaran . Hal ini dimaksudkan agar
bibit yang tumbuh cukup mendapatkan sinar matahari sehingga tidak
mengalami etiolasi (Sihotang, 2010).
Langkah
selanjutnya adalah pemeraman benih yang bertujuan untuk mengecambahkan
benih. Media pemeraman yang digunakan adalah kain handuk atau 3 – 5
lapis kertas merang yang disemprot dengan larutan fungisida Victory
dengan kosentrasi 3 gram / liter. Benih ditaburkan secara merata pada
media dan diusahakan tidak menumpuk. Benih yang digunakan sebaiknya
benih cabe hibrida yang telah diberi perlakuan pestisida (Sihotang,
2010).
7
Media
digulung atau dilipat dan disimpan dalam suhu kamar. Untuk menjaga
kelembaban media peram, semprotkan air dengan handspray setiap pagi dan
sore. Setelah 4 sampai 7 hari, benih akan mengeluarkan radikula atau
calon akar. Dengan bantuan penjepit, benih yang telah mengeluarkan calon
akar di tanam pada media semai yang disiram terlebih dahulu setiap pagi
dan sore persemaian perlu disiram. Untuk mencegah gangguan cendawan,
semprot persemaian dengan fungisida Starmyl 25WP dan Victory 80WP secara
bergantian dengan konsentrasi 0,5 gram / liter. Untuk mencegah gangguan
hama persemaian, semprot dengan insektisida winder 100ec dengan
konsentrasi 0,5 cc / liter. Persemaian juga dapat dilakukan dengan
meletakkan benih secara langsung pada media semai tanpa diperam terlebih
dahulu (Sihotang, 2010).
b. Pengolahan Tanah untuk Penanaman Cabe
Lahan
yang akan dipakai tempat penanaman harus dibersihkan dari segala macam
gulma dan akar bekas tanaman lama, agar pertumbuhan akar tidak terganggu
dan untuk menghilangkan tumbuhan yang menjadi inang hama dan penyakit. Apabila
lahan banyak ditumbuhi gulma, pembersihannya lebih baik menggunakan
Herbisida Sistemik seperti Rambo 480AS dengan dosis 2 sampai 4 liter per
hektar (Sihotang, 2010).
Selanjutnya lahan dibajak dan digaru dengan hewan ternak maupun dengan bajak
8
traktor. Pembajakan dan penggaruan bertujuan untuk menggemburkan, memperbaiki aerasi tanah
dan untuk menghilangkan OPT yang bersembunyi di tanah. Buat bedengan
dengan ukuran lebar 100 – 110 cm dengan ketinggian bedengan 50 – 60 cm
dan lebar parit 50 – 60 cm . Panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi
lahan (Sihotang, 2010).
Pengukuran
pH tanah juga perlu dilakuan dengan alat pH meter atau dengan kertas
lakmus. Untuk menaikkan pH tanah lakukan pengapuran lahan menggunakan
dolomint atau kapur gamping dengan dosis 2 – 4 ton/Ha atau 200 – 400
gram/meter persegi tergantung pH tanah yang akan dinaikkan. Pengapuran
diberikan pada saat pembajakan atau pada saat pembuatan bedengan
bersamaan dengan sebar kompos atau pupuk kandang. Pupuk kandang yang
diperlukan adalah 10 sampai 20 ton/ha atau ½ sampai 1 zak untuk 10 meter
panjang bedengan. Pupuk dasar yang diberikan adalah pupuk NPK grand
S-15, 2 kg untuk 10 meter panjang bedengan atau 2 ton / hektar
(Sihotang, 2010).
Tahap
berikutnya adalah pemasangan mulsa plastik hitam perak yang berguna
untuk menekan perkembangbiakan hama dan penyakit, pertumbuhan gulma,
mengurangi penguapan, mencegah erosi tanah, mempertahankan struktur,
suhu dan kelembaban tanah serta dapat mencegah terjadinya pencucian
pupuk. Pemasangan mulsa dilakukan dengan cara membentang dan menarik
antara dua sisi dengan permukaan perak di bagaian atas.
9
Setiap
ujung dan sisi mulsa dikancing dengan pasak. Agar pemasangan mulsa
lebih optimal dan dapat menutup permukaan bedengan dengan baik sebaiknya
dilakukan pada siang hari atau saat cuaca panas (Sihotang, 2010).
c. Teknik Bertanaman Cabe
Selanjutnya
dikatakan jarak tanam yang digunakan adalah 50 – 60 cm jarak antar
lubang dan 60 – 70 cm untuk jarak antar barisan dengan pola penanaman
model segitiga atau zig-zag. Pembuatan lubang tanam sedalam 8 sampai 10
cm dilakukan bersamaan dengan pembuatan lubang pada mulsa yang
berpedoman pada pola yang dipakai dan sesuai jarak tanam yang dianjurkan
. Pembuatan lubang pada mulsa dapat juga menggunakan sistem pemanasan
dengan menggunakan kaleng dengan diameter kurang lebih 8 – 10 cm. Lubang
tanam dibuat dengan cara menugal tanah sedalam 8 – 10 cm.
Bibit
cabe dipersemaian yang telah berumur 15 – 17 hari atau telah memiliki 3
atau 4 daun, siap dipindah tanam pada lahan. Semprot bibit dengan
fungisida dan insektisida 1 – 3 hari sebelum dipindahtanamkan untuk
mencegah serangan penyakit jamur dan hama sesaat setelah pindah tanam.
Seleksi dan pengelompokan bibit berdasarkan ukuran besar kecil dan
kesehatanya. Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari atau pada saat
cuaca tidak terlalu panas, dengan cara merobek kantong semai dan
diusahakan media tidak pecah dan langsung
10
dimasukkan
pada lubang tanam, kemudian lakukan pemasangan lanjaran atau ajir,
dipasang di samping lubang tanam (Sihotang, 2010).
d. Pemeliharaan Tanaman Cabe
Setelah tanaman berumur 7 – 14 hari setelah tanam ,
tanaman yang tidak dapat tumbuh dengan normal atau mati perlu dilakukan
penyulaman dengan bibit yang masih ada di persemaian. Jika pada lubang
tanam tumbuh gulma, maka perlu dilakukan penyiangan dengan cara mencabut
. Pengendalian gulma perlu dilakukan pada gulma yang tumbuh di parit
dengan menggunakan cangkul atau dengan herbisida Rambo 480AS. Pada saat
aplikasi nozelnya perlu diberi sungkup agar semprotan herbisida tidak
mengenai tanaman cabe (Sihotang, 2010).
Pewiwilan
perlu dilakukan pada tunas yang tumbuh pada ketiak yang berada dibawah
cabang utama dan bunga pertama yang muncul pada cabang utama. Pewiwilan
ini dilakukan agar pertumbuhan vegetatif tanaman dapat optimal (Sihotang, 2010).
Pengikatan
dilakukan saat tanaman umur 10 – 15 hst dengan mengikatkan batang yang
berada dibawah cabang utama dengan tali plastic pada lanjaran atau
ajir. Pada saat tanaman berumur 30 – 40 hst, ikat tanaman diatas cabang
utama dan ikat juga pada saat pembesaran buah yaitu pada umur 50 -60
hari setelah tanam (HST) (Sihotang, 2010).
11
e. Pengairan
Pengairan
dilakukan setiap 7 – 10 hari atau tergantung kondisi lahan dengan cara
menggenangi. Pada waktu pelepasan air dari petak penanaman harus
dilakukan dengan pelan agar tidak terjadi pencucian pupuk dari bedeng
tanaman (Sihotang, 2010).
2.4 Panen dan Pasca Panen
a. Panen
Pada
saat tanaman berumur 75–85 HST yang ditandai dengan buahnya yang padat
dan warna merah menyala, buah cabe siap dilakukan pemanenan pertama.
Umur panen cabe tergantung varietas yang digunakan, lokasi penanaman
dan kombinasi pemupukan yang digunakan serta kesehatan tanaman. Tanaman
cabe dapat dipanen setiap 2–5 hari sekali tergantung dari luas penanaman
dan kondisi pasar (Sihotang, 2010).
Pemanenan
dilakukan dengan cara memetik buah beserta tangkainya yang bertujuan
agar cabe dapat disimpan lebih lama. Buah cabe yang rusak akibat hama
atau penyakit harus tetap di panen agar tidak menjadi sumber penyakit
bagi tanaman cabe sehat. Pisahkan buah cabe yang rusak dari buah cabe
yang sehat.
Waktu
panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena bobot buah dalam
keadaan optimal akibat penimbunan zat pada malam hari dan belum terjadi
penguapan (Sihotang, 2010).
12
b. Pasca Panen Tanaman Cabe
Hasil
panen yang telah dipisahkan antara cabe yang sehat dan yang rusak,
selanjutnya dikumpulkan di tempat yang sejuk atau teduh sehingga cabe
tetap segar. Untuk mendapatkan harga yang lebih baik, hasil panen
dikelompokkan berdasarkan standar kualitas permintaan pasar seperti
untuk supermarket, pasar lokal maupun pasar eksport (Sihotang, 2010).
Setelah
buah cabe dikelompokkan berdasarkan kelasnya, maka pengemasan perlu
dilakukan untuk melindungi buah cabe dari kerusakan selama dalam
pengangkutan. Kemasan dapat dibuat dari berbagai bahan dengan memberikan
ventilasi. Cabe siap didistribusikan ke konsumen yang membutuhkan cabe
segar. Dengan penerapan teknologi budidaya, penangganan pasca panen yang
benar dan tepat serta penggunaan benih hibrida yang tahan hama penyakit
dapat meningkatkan produksi cabe yang saat ini banyak dibutuhkan
(Sihotang, 2010).
13
3. PEMBAHASAN
Tanaman
cabe banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan
terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di Negara asalnya.
Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis
saja, yakni Cabe besar, cabe keriting, cabe rawit dan paprika. Secara
umum cabe memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya
Kalori, Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin
C. Selain
digunakan untuk keperluan rumah tangga, cabe juga dapat digunakan untuk
keperluan industri diantaranya, Industri bumbu masakan, industri
makanan dan industri obat-obatan atau jamu (Sophia, 2012).
Beragam
manfaat dari cabe merupakan peluang dalam membudidayakannya. Namun
membudidayakan perlu memperhatikan tahapan-tahapan yang tepat dan cara
yang benar, sehingga diperoleh hasil yang memuaskan.
Adapun tahapan-tahapan dalam pembudidayaan yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut :
1. Pengolahan tanah, dilakukan
membajak atau mencangkul sedalam 25 – 30 cm hingga tanah menjadi gembur
. setelah itu biarkan 7 – 14 hari untuk mendapatkan sinar matahari
- pembuatan bedeng
• lebar bedeng 100 – 120 cm
• tinggi bedeng 20 – 30 cm
• jarak antara bedeng dengan bedeng lainnya 30 – 45 cm . arah bedeng memanjang ke utara selatan (Anonim, 2011).
- pembuatan bedeng
• lebar bedeng 100 – 120 cm
• tinggi bedeng 20 – 30 cm
• jarak antara bedeng dengan bedeng lainnya 30 – 45 cm . arah bedeng memanjang ke utara selatan (Anonim, 2011).
2. Syarat tumbuh, budidaya tanaman cabe rawit (Capsicum frustescens) dapat tumbuh pada
dataran rendah sampai ketinggian 2000 meter dpl, dapat beradaptasi
dengan baik pada temperatur 24 – 27 derajat Celsius dengan kelembaban
yang tidak terlalu tinggi, ditanam pada tanah sawah maupun tegalan yang
gembur, subur, tidak terlalu liat dan cukup air., pH tanah yang optimal
antara 5,5 sampai 7, pengairan dapat menggunakan irigasi, air tanah dan
air hujan
3. Persemaian dan penanaman, pada persemaian hal-hal
yang harus diperhatikan yaitu syarat pupuk kandang yang baik, jarak
tanaman cabe rawit yaitu 50 x 100 cm, 60 x 70 cm, 50 x 90 cm, dan cara
pembuatan jarak tanaman
4. Pemeliharaan, pada proses pemeliharaan ini tanaman cabe akan melalui proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
cabe ini sama halnya seperti proses pertumbuhan dan perkembangan pada
tanaman lainnya, yaitu mulai dari proses dormansi biji, kemudian
perkecambahan, pertumbuhan organ tanaman, perkembangan generatif
tanaman, pembuahan, penuaan, sampai akhirnya pada proses kematian.
15
5. Pemupukan, hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada umur cabe rawit 3 minggu setelah
tanam (MST), tidak ada perbedaan yang berarti antara pertumbuhan tanaman
cabe rawit yang dipupuk dengan NPK dibandingkan dengan pertumbuhan
tanaman cabe rawit yang dipupuk dengan biji kacang-kacangan, termasuk
tempe. Data rata-rata pertumbuhan cabe rawit umur 3 minggu setelah tanam
disajikan pada Tabel 1 (Hatta, 2010).
6. Pengendalian
hama dan penyakit, hal ini dilakukan jika terjadi serangan hama dan
penyakit pada pertanaman cabe rawit dengan menggunakan metode yang ramah
lingkungan atau menggunakan musuh alami (Sophia, 2012).
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh Sorphia (2012), terlihat
jelas bahwa tanaman cabe rawit yang di tanam kurang subur dikarenakan
pada percobaan ini tanaman cabe di tanam di dalam pot pertumbuhan dan
perkembangannya kurang subur. Mungkin dikarenakan kurang perawatan
yang efektif. Seharusnya tanaman cabe ditanam pada tanah dengan pH tanah yang optimal antara 5,5 sampai 7
16
Selanjutnya faktor lingkungan, juga ikut mempengaruhi yaitu :
a. Suhu
b. Cahaya
c. Kelembaban dan
e. Hama.
7. Pengajiran Tanaman
cabai perlu ditopang pertumbuhannya agar kokoh dan mampu menopang
tajuknya yang rimbun. Pemasangan ajir diusahakan sedini mungkin,
maksimal satu bulan setelah tanam. Ajir biasa dipasang miring membentuk
sudut 450 dengan batang tanaman cabai atau tegak lurus dengan batang
tanaman (redaksi Trubus, 2009). Beberapa fungsi dari ajir ini adalah:
membantu tegaknya tanaman dari buahnya yang rimbun, tiupan angin,
mengotimalkan sinar matahari pada tanaman sehingga fotosintesis
berlangsung maksimal, membantu penyebaran daun dan ranting supaya
teratur sehingga mempermudah penyiangan dan pemupukan. Selain itu juga
penanaman cabai dengan ajir dapat menaikkan produksi buah cabai sampai
48% dan dapat mengurangi serangan hama dan penyakit (Prajanata, 2006)
Bertanam
cabai dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko) diantaranya: teknis
budidaya, kekahatan hara dalam tanah, serangan hama dan penyakit. Maka
dari itu perlu dukungan teknologi budidaya intensif baik itu terkait
dengan pemupukan, proses pengolahan
17
lahan, pemeliharaan
maupun
penerapan-penerapan teknologi tepat guna sederhana dalam
membudidayakannya (Prabowo, 2011). Pemberian unsur hara yang tepat
sesuai dengan kebutuhan, waktu tanam dan penempatan hara pada daerah
serapan akar juga menjadi pendukung dalam keberhasilan budidaya tanaman
cabai. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi cabai besar sekaligus
menanggulangi bayaknya permintaan masyarakat tersebut adalah dengan
manajemen pemupukan yang menjadi bagian dari intensifikasi pertanian
(Suriyadikarta, 2006).
18
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan
uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa cabe rawit memiliki
peluang untuk dikembangkan dengan membudidayakannya secara benar dan
tepat sehingga diperoleh hasil yang memuaskan.
4.2 Saran
Membudidayakan cabe rawit haruslah memperhatikan tahapan-tahapannya dengan benar dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Prajanata, Final. 2007. Kiat Sukses Bertanam Cabai Di musim Hujan. Penebar Swadaya. Cetakan ke XII. Jakarta 64h.
Redaksi TRUBUS. 2001. Bertanam Cabai Dalam Pot. Penebar Swadaya. Jakarta. 42 ha.
Mulyati dan Suriyadikarta,. 2006. Pupuk Dan Pemupukan. UPT Mataram University press. Cetakan I. Mataram.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar