Nama: Haerul Bahri
MK: Dasar
Dasar Perlindungan Tanaman
Tugas : Bagian Struktur Internal Dan Eksternal Serangga
A. Pengertian Serangga
Serangga
(disebut pula Insecta) adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda)
yang bertungkai enam (tiga
pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani,
berarti “berkaki enam”). Serangga ditemukan di hampir semua lingkungan kecuali
di lautan. Kajian
mengenai peri kehidupan serangga disebut entomologi.
Lebih dari 800.000 spesies
insekta sudah ditemukan. Terdapat
5.000 spesies bangsa
capung (Odonata), 20.000
spesies bangsa belalang
(Orthoptera),
170.000 spesies bangsa kupu-kupu
dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan kerabatnya (Diptera),
82.000 spesies bangsa kepik
(Hemiptera),
360.000 spesies bangsa kumbang(Coleoptera),
dan 110.000 spesies bangsa semut dan lebah (Hymenoptera).
B.
Karakteristik Serangga
1.
Tubuh terbagi atas kepala, toraks dan abdomen.
2.
Mempunyai sepasang sayap kecuali Anoplura, Mallophaga dan Siphonaptera.
3.
Mempunyai sepasang antena.
4.
Usus terbagi menjadi depan, tengah, belakang dilengkapi kelenjar ludah.
5.
Jantung ramping dengan aorta, tidak ada kapiler atau vena.
6.
Respirasi dengan trachea.
7. Sistem saraf terdiri atas pasangan tali
saraf ventral dengan beberapa ganglia segmental, kedua tali saraf bertemu di
kepala, alat indera terdiri mata (oceli, facet).
8.
Mempunyai tiga pasang kaki.
9. Perangkat mulut telah mengalami
perkembangan dan penyesuaian sedemikian rupa sehingga dikenal berbagai ragam
tipe seperti menggigit/mengunyah, menusuk, menghisap, menyerap dan sebagainya.
C.
Morfologi
A.
Kepala - B. Thorax - C.
Abdomen
1. antena
2. ocelli (lebih rendah) 3. ocelli (atas) 4. senyawa mata 5. otak (cerebral ganglia ) 6. prothorax 7. pembuluh darah dorsal 8. trakea tabung (batang dengan ventilator ) 9. mesothorax 10. metathorax 11. forewing 12. hindwing 13. pertengahan usus (perut) 14. dorsal tabung (Jantung) 15. indung telur 16. belakang-usus (usus, rektum & anus) |
17. dubur
18. oviduk
19. chord saraf (ganglia perut) 20. Malphigi tabung 21. tarsal bantalan 22. jari 23. tarsus 24. tibia 25. femur 26. trokanter 27. kedepan-usus (tanaman, empedal) 28. ganglion toraks 29. coxa 30. kelenjar ludah 31. ganglion subesophageal 32. mulut |
1. Morfologi
Kepala
Kepala merupakan bagian depan dari tubuh serangga dan berfungsi
untuk pengumpulan makanan dan manipulasi, penerima rangsang dan otak (perpaduan
syaraf). Struktur kerangka kepala yang mengalami sklerotisasi disebut sklerit.
Sklerit-sklerit ini dipisahkan satu sama lain oleh sutura yang tampak sebagai
alur. Kutikula pada
kepala mengalami penonjolan ke arah dalam, membentuk rangka kepala bagian
dalam, yang disebut tentorium. Terdapat tiga tipe kepala berdasarkan posisi alat mulut, yaitu :
Ø Prognatous (menghadap ke depan), contoh : Sithopillus
oryzae (Coleoptera, Curculionidae)
Ø Hypognatous
(menghadap ke bawah), contoh : Valanga nigricornis (Orthoptera, Acrididae)
Ø Ophistognatous
(menghadap ke bawah dan belakang), contoh : Leptocorisa acuta
(Hemiptera, Alydidae)
a. Antena
Sepasang antena terdapat pada salah satu ruas kepala di atas mulut yang
dapat digerak-gerakkan. Antena
merupakan alat penting yang berfungsi sebagai alat perasa dan alat pencium.
Ruas pertama antena yang disebut skapus melekat pada kepala. Ruas kedua
disebut pedisel dan ruas-ruas berikutnya secara keseluruhan disebut
flagelum. Bentuk dan ukuran
antena serangga
sangat beragam. Berdasarkan bentuknya antena serangga dapat dibedakan menjadi
14 tipe yaitu :
A. Setaseous : seperti
rambut kaku (Seta), makin ke ujung ruas-ruas antena maakin ramping, misalnya Isoptera.
B. Filiform : menyerupai tambang, tiap-tiap segmen yang membentuk antena
ukurannya sama, misalnya antena pada Valanga sp. (Orthoptera).
C. Moniliform :
seperti manik-manik, ruas-ruas antena berukuran sama dan berbentuk bulat,
misalnya Rhysodidae.
D. Clavate :
seperti moniliform tapi agak membesar kebagian ujungnya, misalnya Coccinellidae.
E. Bipectinate : setiap segmen memiliki satu pasang
rambut.
F. Capitate
: seperti clavate tetapi perbesaran ruas-ruas terakhir tiba-tiba membesar,
misalnya Nitidulidae.
G. Serate :
tiap-tiap segmennya berbentuk seperti gigi, misalnya Elateridae.
H. Pectinate :
setiap segmen memanjang ke arah samping seperti sisir, misalnya Pyrochoroidae.
I.
Plumose : setiap segmen berambut lebat dan panjang, misalnya
nyamuk jantan.
J.
Aristate :
seakan-akan dari segmen antena keluar
lagi antena, misalnya Muscidae.
K. Stylate :
segmen terakhir runcing dan agak panjang, misalnya Asilidae.
L. Flabellate :
semua segmen setelah pedicel bentuknya seperti lempengan, misalnya Rhipiceridae
M. Lamellate : segmen paling ujung membesar dan menjadi lempengan, misalnya Scarabaidae.
N. Geniculate :
segmen pertama berukuran panjang diikuti oleh satu segmen yang lebih kecil yang
membentuk sudut dengan segmen pertama, misalnya Formicidae.
b.
Mulut
Secara umum
mulut serangga terdiri dari :
Ø Labrum
(bibir atas)
Ø Sepasang
mandibel (geraham pertama)
Ø Sepasang
maksila (geraham kedua)
Ø Labium
(bibir bawah)
Ø Epifaring
(lidah)
Bagian-bagian mulut serangga dapat diklasifikasikan menjadi dua
tipe umum yaitu :
Ø Tipe alat mulut pengunyah (mandibulata), mandibel
bergerak secara transversal yaitu dari sisi ke sisi, dan serangga tersebut
biasanya mampu menggigit dan mengunyah makanannya.
Ø Tipe mulut penghisap (haustelata), memiliki bagian-bagian
dengan bentuk seperti probosis yang memanjang atau paruh dan melalui alat itu
makanan cair dihisap. Mandibel pada bagian mulut penghisap mungkin memanjang
dan berbentuk stilet atau tidak ada.
Beberapa tipe
alat mulut serangga yaitu :
Ø
Tipe alat mulut
menggigit mengunyah terdiri dari :
o
Labrum, berfungsi untuk memasukkan makanan ke dalam rongga
mulut.
o
Epifaring, berfungsi sebagai pengecap.
o
Mandibel, berfungsi untuk mengunyah, memotong, atau melunakkan
makanan.
o
Maksila, merupakan alat bantu untuk mengambil makanan. Maxila
memiliki empat cabang, yaitu kardo, palpus, laksinia, dan galea.
o
Hipofaring, serupa dengan lidah dan tumbuh dari dasar rongga mulut.
o
Labium, sebagai bibir bawah bersama bibir atas berfungsi untuk
menutup atau membuka mulut. Labium terbagi menjadi tiga bagian, yaitu mentum,
submentum, dan ligula. Ligula terdiri dari sepasang glosa dan sepasang
paraglosa.
Contoh serangga
dengan tipe alat mulut menggigit mengunyah yaitu ordo Coleoptera, Orthoptera,
Isoptera, dan Lepidoptera.
Ø
Tipe alat mulut
mengunyah dan menghisap
o Tipe alat mulut ini diwakili oleh tipe alat mulut lebah madu Apis cerana
(Hymenoptera, Apidae) merupakan tipe kombinasi yang struktur labrum
dan mandibelnya serupa dengan tipe alat mulut menggigit mengunyah, tapi maksila
dan labiumnya memanjang dan menyatu.
o Glosa merupakan bagian dari labium yang berbentuk memanjang sedangkan
ujungnya menyerupai lidah yang berbulu disebut flabelum yang dapat bergerak
menyusup dan menarik untuk mencapai cairan nektar yang ada di dalam bunga.
Ø
Tipe alat mulut
menjilat mengisap
o Tipe alat mulut ini misalnya pada alat mulut lalat (Diptera).
o Pada bagian bawah kepala terdapat labium yang bentuknya berubah menjadi
tabung yang bercelah.
o Ruas pangkal tabung disebut rostrum dan ruas bawahnya disebut haustelum.
o Ujung dari labium ini berbentuk khusus yang berfungsi sebagai pengisap, disebut
labellum.
Ø
Tipe Alat Mulut
Mengisap
o Tipe alat mulut ini biasanya terdapat pada ngengat dan kupu-kupu dewasa
(Lepidoptera) dan merupakan tipe yang khusus, yaitu labrum yang sangat kecil,
dan maksila palpusnya berkembang tidak sempurna.
o Labium mempunyai palpus labial yang berambut lebat dan memiliki tiga
segmen.
o Bagian alat mulut ini yang dianggap penting dalam tipe alat mulut ini
adalah probosis yang dibentuk oleh maksila dan galea menjadi suatu tabung yang
sangat memanjang dan menggulung
Ø
Tipe Alat Mulut
Menusuk Mengisap
o Kepik, mempunyai alat mulut menusuk mengisap, misalnya Scotinophara
(Heteroptera).
o Alat mulut yang paling menonjol adalah labium, yang berfungsi menjadi
selongsong stilet.
o Ada empat stilet yang sangat runcing yang berfungsi sebagai alat penusuk
dan mengisap cairan tanaman.
o Keempat stilet berasal dari sepasang maksila dan mandibel ini merupakan
suatu perubahan bentuk dari alat mulut serangga pengunyah.
2. Morfologi Toraks
Bagian dari tubuh serangga antara kepala dan abdomen adalah thoraks terdiri dari
tiga segmen atau ruas yaitu protoraks, mesotoraks, dan metatoraks Ketiga bagian
toraks tersebut memiliki sepasang tungkai, sedangkan mesothoraks dan metatoraks
masing-masing memiliki sepasang sayap. Pada
setiap sisi mesotoraks dan metathoraks terdapat sebuah spirakel.Protoraks,
mesotoraks dan metatoraks masing-masing bagian atasnya terdiri dari notum dan
bagian bawahnya disebut sternum. Notum untuk prothoraks disebut
pronotum, dan notum untuk mesothoraks dan metathoraks masing-masing disebut
mesonotum dan metanotum. Pronotum terbagi lagi atas preskutum, skutum, skutelum dan postkutelum,
mesonotum dan metanotum masing-masing terbagi atas epimeron dan episternum.
a. Sayap
·
Serangga
dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok berdasarkan kepemilikan sayap,
yaitu kelompok serangga bersayap (Pterygota) dan kelompok serangga tidak
bersayap (Apterygota).
·
Sayap
diperkuat oleh satu deretan rangka-rangka sayap yang bersklerotisasi, yang
mengandung syaraf, trakea, dan hemolimf.
·
Permukaan
atas dan bawah sayap terbuat dari bahan kitin tipis.
·
Bagian
tertentu dari sayap tampak
seperti garis-garis tebal yang disebut pembuluh sayap. Bagian sayap yang
dikelilingi oleh pembuluh sayap disebut sel.
b.
Tungkai-Tungkai Thoraks
·
Tungkai serangga terdapat pada
prototaks, mesatoraks dan metatoraks yang masing-masing disebut tungkai depan,
tungkai tengah dan tungkai belakang.
·
Koksa, yang merupakan bagian yang
melekat langsung pada thoraks.
·
Trokanter, bagian kedua dari ruas
tungkai berukuran lebih pendek dari pada koksa dan sebagian bersatu dengan ruas
ketiga.
·
Femur, merupakan ruas yang terbesar
·
Tibia, ukurannya lebih ramping
tetapi hampir sama panjang dengan femur pada bagian ujung tibia biasanya
terdapat duri-duri atau taji.
·
Tarsus, terdiri dari 1-5 ruas.
·
Pretarsus, ruas terakhir dari
tungkai, terdiri dari sepasang kuku tarsus dan diantaranya terdapat struktur
seperti bantalan yang disebut arolium.
·
Saltatorial :
Tungkai belakang belalalng yang digunakan untuk meloncat, dengan bentuk femur
tungkai belakang lebih besar bila dibandingkan dengan femur tungkai depan dan
tungkai tengah. Contoh : Valanga nigricornis (belalang).
·
Raptorial : Tungkai depan digunakan
untuk menangkap dan memegang mangsa, sehingga ukurannya lebih besar bila
dibandingkan dengan tungkai yang lainnya. Contoh : Stagmomantis carolina
(belalang sembah).
·
Kursorial :
Tungkai ini digunakan untuk berjalan cepat atau berlari. Contoh
: Periplaneta australasiae (kecoa)
·
Fosorial : Tungkai depan
berubah bentuk sebagai alat penggali tanah. Contoh : Gryllotalpa
africana (orong-orong)
·
Natatorial : Tungkai jenis ini
terdapat pada serangga air yang berfungsi untuk berenang. Contoh : Hydrophilus
triangularis (kumbang air)
·
Korbikulum : Tungkai tipe ini
berfungsi untuk mengumpulkan tepung sari. Contoh : Apis cerana
(lebah madu)
3.
Morfologi Abdomen
Pada
umumnya, abdomen pada serangga terdiri dari 11 segmen. Tiap segmen dorsal yang
disebut tergum dan skleritnya disebut tergit, sklerit ventral atau sternum
adalah sternit dan sklerit pada daerah lateral atau pleuron disebut pleurit.
Lubang-lubang pernafasan disebut spirakel dan terletak di pleuron. Alat kelamin
serangga terletak pada segmen abdomen ke 8 dan 9, dimana segmen-segmen ini
mempunyai kekhususan sebagai alat untuk kopulasi dan peletakan sel telur. Fungsi
utama abdomen adalah untuk menampung saluran pencernaan dan alat
reproduksi. Anatomi internal serangga
dicirikan oleh peredaran darah terbuka, adanya saluran-saluran atau pipa
pernapasan dan tiga bagian saluran pencernaan.
D. Anatomi serangga
1.
Sistem Saraf
Sistem saraf
serangga dapat dibagi ke dalam otak dan urat
saraf ventral . Kapsul kepala terdiri dari enam
segmen menyatu, masing-masing dengan sepasang ganglia
, atau sekelompok sel saraf di luar otak. Tiga pertama pasang ganglia yang
menyatu ke dalam otak, sementara tiga pasangan berikut ini menyatu ke dalam
struktur tiga pasang ganglia bawah serangga kerongkongan
, yang disebut ganglion
subesophageal. Segmen toraks memiliki satu
ganglion di setiap sisi, yang terhubung ke dalam sepasang, satu pasang per
segmen. Pengaturan ini juga terlihat di perut tetapi hanya dalam delapan segmen
pertama. Banyak spesies serangga telah mengurangi jumlah ganglia karena fusi
atau pengurangan. Beberapa lipas hanya enam ganglia di perut, sedangkan tawon Vespa
crabro hanya memiliki dua di dada dan tiga di perut. Beberapa
serangga, seperti lalat rumah Musca
domestica , memiliki semua ganglia tubuh
menyatu ke ganglion toraks tunggal yang besar. Setidaknya beberapa serangga
memiliki nociceptors
, sel-sel yang mendeteksi dan mengirimkan sensasi nyeri,
ini ditemukan pada tahun 2003 dengan mempelajari variasi dalam reaksi larva
lalat buah umum dari Drosophila
dengan sentuhan probe dipanaskan dan satu dipanaskan. Larva bereaksi terhadap
sentuhan probe dipanaskan dengan perilaku bergulir stereotip yang tidak
dipamerkan ketika larva itu tersentuh oleh probe dipanaskan.
2.
Sistem Pencernaan
Serangga menggunakan sistem
pencernaan untuk mengekstrak nutrisi dan zat lain dari makanan yang
dikonsumsinya. Sebagian besar makanan ini dicerna dalam bentuk makromolekul
dan zat-zat kompleks lainnya seperti protein
, polisakarida
, lemak
, dan asam nukleat
. Makromolekul ini harus diuraikan oleh reaksi katabolik
menjadi molekul yang lebih kecil seperti asam amino
dan gula
sederhana sebelum digunakan oleh sel tubuh untuk energi, pertumbuhan
reproduksi, atau. Proses break-down dikenal sebagai pencernaan. Struktur utama dari sistem pencernaan serangga
adalah tabung tertutup panjang yang disebut saluran
pencernaan , yang berjalan memanjang melalui tubuh. Saluran pencernaan
makanan mengarahkan unidirectionally dari mulut
ke anus
. Hal ini memiliki tiga bagian, masing-masing yang melakukan proses yang
berbeda pencernaan. Selain saluran pencernaan, serangga juga memiliki
dipasangkan kelenjar ludah dan reservoir saliva. Struktur ini biasanya berada
di dada, berdekatan dengan foregut tersebut. Duktus saliva utama dari kelenjar
ke waduk dan kemudian maju melalui kepala ke sebuah lubang yang disebut
salivarium tersebut, terletak di belakang hipofaring. Dengan bergerak mulut nya
serangga dapat mencampur makanan dengan air liur. Campuran air liur dan makanan
kemudian berjalan melalui tabung air liur ke dalam mulut, di mana ia mulai
rusak. Beberapa serangga, seperti lalat
, memiliki ekstra-oral pencernaan.
Usus adalah tempat pencernaan berlangsung. Hal ini dapat dibagi menjadi foregut
, midgut
dan hindgut.
a. Foregut
Bagian pertama dari saluran pencernaan adalah foregut
atau stomodaeum. Foregut ini dilapisi dengan lapisan kutikula yang terbuat dari
kitin
dan protein
sebagai perlindungan dari makanan sulit. Pencernaan dimulai di rongga bukal
(mulut) sebagai sebagian mengunyah makanan dipecah oleh air liur dari kelenjar
ludah. Sebagai kelenjar ludah menghasilkan cairan dan enzim pengolah
karbohidrat (kebanyakan amylases
), otot yang kuat dalam cairan pompa faring ke dalam rongga bukal, pelumas
makanan seperti salivarium, dan membantu pengumpan darah, dan xilem dan floem
pengumpan. Dari sana, melewati faring makanan ke kerongkongan, yang bisa saja
hanya sebuah tabung sederhana lewat itu ke tanaman dan proventrikulus, dan
kemudian seterusnya ke midgut.
b. Midgut
Begitu makanan daun tanaman, itu
lolos ke midgut,
juga dikenal sebagai mesenteron, dimana mayoritas pencernaan terjadi. Proyeksi
mikroskopis dari dinding midgut, disebut mikrovili
, meningkatkan luas permukaan dinding dan memungkinkan nutrisi lebih banyak
diserap, mereka cenderung dekat dengan asal midgut tersebut. Dalam beberapa
serangga, peran mikrovili dan di mana mereka berada dapat bervariasi. Sebagai
contoh, mikrovili khusus memproduksi enzim pencernaan dapat lebih cenderung berada
di dekat akhir midgut, dan penyerapan dekat asal-usul atau awal midgut
tersebut.
c. Hindgut
Dalam hindgut,
atau proctodaeum, partikel makanan yang tidak tercerna yang bergabung dengan asam urat
membentuk pelet tinja. Rektum menyerap 90% dari air dalam tinja pelet, pelet
kering dan kemudian dieliminasi melalui anus, menyelesaikan proses pencernaan.
Asam urat terbentuk menggunakan produk-produk limbah hemolymph menyebar dari tubulus
Malphigi (elemen 20). Hal ini kemudian dikosongkan langsung ke
saluran pencernaan, di persimpangan antara midgut dan hindgut. Jumlah Malphigi
tubulus dimiliki oleh serangga yang diberikan bervariasi antara spesies, mulai
dari hanya dua tubulus dalam beberapa serangga untuk lebih dari 100 tubulus
pada orang lain.
3.
Sistem reproduksi
Sistem reproduksi serangga betina
terdiri dari sepasang ovarium
, kelenjar aksesori, satu atau lebih spermathecae
, dan saluran yang menghubungkan bagian-bagian tersebut. Ovarium terdiri dari
sejumlah tabung telur, disebut ovarioles
, yang bervariasi dalam ukuran dan jumlah oleh spesies. Jumlah telur yang
serangga mampu membuat bervariasi dengan jumlah ovarioles dengan tingkat bahwa
telur dapat berkembang menjadi juga dipengaruhi oleh desain ovariole. Serangga
betina dapat membuat telur, menerima dan menyimpan sperma, sperma dari
laki-laki memanipulasi yang berbeda, dan bertelur. Aksesori kelenjar kelenjar
atau bagian dari saluran telur menghasilkan berbagai zat untuk pemeliharaan
sperma, transportasi, dan pemupukan, serta untuk perlindungan telur. Mereka
dapat menghasilkan lem dan zat-zat pelindung untuk telur lapisan atau penutup
sulit untuk batch telur disebut oothecae
. Spermathecae adalah tabung atau kantung di mana sperma dapat disimpan antara
waktu kawin dan waktu telur dibuahi. Untuk serangga jantan, sistem reproduksi
adalah testis
, ditangguhkan di rongga tubuh dengan tracheae
dan lemak tubuh. Kebanyakan serangga jantan memiliki sepasang testis, dalam
tabung yang sperma atau folikel yang tertutup dalam kantung membran. Folikel
terhubung ke vas deferens oleh efferens deferens, dan dua tabung vasa
deferentia terhubung ke saluran ejakulasi rata-rata yang mengarah ke luar.
Sebagian dari vas deferens sering diperbesar untuk membentuk vesikula
seminalis, yang menyimpan sperma sebelum mereka dibuang ke betina. Vesikula seminalis memiliki lapisan kelenjar
yang mengeluarkan nutrisi untuk makanan dan pemeliharaan sperma. Duktus
ejakulasi berasal dari invaginasi sel-sel epidermis selama pengembangan dan,
sebagai hasilnya, memiliki lapisan kutikula. Bagian terminal dari duktus
ejakulasi dapat sclerotized untuk membentuk organ intromittent, aedeagus
tersebut. Sisa dari sistem reproduksi laki-laki berasal dari mesoderm
embrionik, kecuali sel-sel germinal, atau spermatogonium
, yang turun dari tiang sel-sel primordial sangat dini selama embriogenesis.
4. Respirasi
Sistem utama transport gas-gas pada serangga
adalah sistem trakhea. Sistem ini terdiri dari suatu seri pembuluh bercabang
yang dinamakan trakhea. Trakhea dibentuk menjadi kelompok-kelompok pada
tiap-tiap segmen tubuh dan terbuka kebagian luar tubuh melalui spirakel.
Spirakel terbuka ke bagian batang trakea. Pada serangga yang mampu terbang
cepat seperti lalat rumah (Diptera), batang trakheanya mengalami pembesaran,
yang dinamakan kantung udara (air sacs), berfungsi untuk meningkatkan
ventilasi. Cabang trakhea keluar dari batang trakhea pada masing-masing segmen dan
semakin banyak dan halus cabangnya. Akhirnya ujung-ujung hlus trakhea terbagi
menjadi trakheoulus yang sangat halus (diameternya kurang dari 1 mikron).
Pembuluh kapiler halus ini kemudian bercabang di sekitar sel-sel dan jaringan
dan menembus ke dalam serat-serat otot. Gambar spirakel yang terbuka keluar
tubuh dikenal sebagai sistem terbuka. Sistem terbuka ini mempunyai modifikasi
yang beragam pada serangga-serangga berbeda. Sistem tertutup terdapat pula pada
serangga, dimana spirakel menjadi non-fungsional atau tidak ditemukan sama
sekali. Banyak serangga akuatik yang belum dewasa memiliki sistem tertutup
(contohnya mayflies, Ephemeroptera dan stonefliesm, Plecoptera), dan sistem
aliran selain spirakel, yaitu jaring-jaring trakheolus halus yang terbentang di
bawah kulit atau menuju insang bagian luar. Bentuk khusus respirasi lainnya yang ditemukan pada serangga akuatik
termasuk penyimpan udara selam (contohnya, pada kumbang air pemakan bangkai dan
kumbang penyelam predator, Coleoptera), dimana suatu selaput atau
gelembung-gelembung air menempel pada beberapa bagian tubuh. Plastron
memungkinkan serangga tetap tinggal dalam air untuk waktu yang tak terbatas.
Sama halnya dengan gelembung pernafasan, pernafasan menggunakan plastron
mengandalkan difusi oksigen dari air ke dalam gelembung. Plastron adalah suatu kerangka yang terdiri atas rambut-rambut kaku
penolak air, atau jaring-jaring kutikula. Serangga akuatik lainnya memiliki
pembuluh udara yag digunakan seperti snorkle untuk menghisap udara dari
permukaan (contohnya, larva nyamuk dan kalajengking air).
Proses Respirasi. Respirasi terjadi dengan cara
difusi oksigen dan karbondioksida melalui sistem trakhea, dibantu oleh
ventilasi mekanis dari trakhea abdominal dan kantung udara. Difusi oksigen ke
sistem trakhea terjadi karena turunnya tekanan oksigen pada ujung trakheoulus.
Dengan cara yang sama, karbondioksida juga berdifusi keluar melalui sistem
trakhea.
5. Pertumbuhan serangga dan
perkembangan (Metamorfosis)
Pertumbuhan
serangga biasanya melalui empat tahap bentuk hidup yaitu: telur, larva / nimfa, pupa dan stadium
dewasa. Telur diletakkan secara tunggal, atau dalam kelompok, di dalam atau di
atas jaringan tanaman atau binatang inang yang menjadi sasaran makanan
serangga. Embrio di dalam telur
berkembang menjadi larva atau nimfa (tergantung macam metamorfosis atau
perkembangan) yang keluar dari telur pada saat telur menetas. Larva/nimfa
memiliki tahapan perkembangan (instar), yang setiap tahapannya melalui proses
pergantian kulit (ecdysis), karena setiap meningkatan ukuran tubuh pada
satu instar ke instar berikutnya memerlukan integumen baru yang lebih besar
(sama halnya dengan anak yang bertumbuh memerlukan pakaian yang ukurannya lebih
besar). Larva berkembang menjadi pupa (pada ulat kup-kupu disebut cocoon
atau kepompong), dan pupa dan nimfa berkembang menjadi serangga dewasa. Dua
macam perkembangan yang dikenal dalam dunia serangga, yaitu metamorfosis
sempurna atau holometabola yang melaui tahapan-tahapan atau stadium: telur –
larva – pupa – dewasa, dan metamorfosis bertahap (hemimetabola) yang melalui
stadium-stadium: telur – nimfa – dewasa. Pada hemimetabola, bentuk nimfa mirip
dewasa hanya saja sayap belum berkembang dan habitat (tempat tinggal dan
makanan) nimfa biasanya sama dengan habitat stadium dewasanya. Contoh
hemimetabola adalah jenis-jenis kepik seperti walang sangit, yang nimfanya
menempati habitat yang sama dengan kepik dewasa, biasanya pada daun. Jenis-jenis belalang
(Orthoptera) dan lipas (Blattaria) juga termasuk hemimetabola, nimfa dan
stadium dewasanya hidup dan makan pada habitat yang sama. Kumbang (Coleoptera), kupu-kupu dan
ngengat (Lepidoptera) dan semut serta lebah (Hymenoptera) adalah serangga
holometabola. Bentuk pradewasa (larva dan pupa) jenis-jenis holometabola ini
sangat berbeda dengan stadium dewasanya. Perhatikanlah bentuk-bentuk larva
seperti ulat bulu, ulat hijau, ulat jengkal yang kelak menjadi pupa dan
kemudian menjadi kupu-kupu indah dan berwarna-warni. Habitat larva bisanya
sangat berbeda dari habitat dewasanya. Ulat makan daun sedangkan kupu mengisap
cairan bunga. Demikian pula, larva lebah madu dipelihara oleh pekerja (dalam
koloni), makan madu; tapi lebah dewasa yang bersayap terbang mencari serbuk bunga
sebagai makanannya. Serangga metabola, setelah stadium larva memasuki
tahapan pupa yang “tidak aktif” (tidak makan), terbungkus dalam kulit kepompong
yang disebut puparium yang berfungsi sebagai pelindung. Serangga
termasuk berdarah dingin, sehingga pertumbuhannya banyak dipengaruhi suhu
lingkungannya
E. Klasifikasi
Serangga dalam perkembangannya
menuju dewasa mengalami metamorfosis. Metamorfosis adalah perubahan bentuk
serangga mulai dari larva sampai dewasa. Adapula serangga yang selama hidupnya
tidak pernah mengalami metamorfosis, misal kutu buku (Episma saccharina).
Berdasarkan ada atau tidaknya sayap, Insecta dibedakan menjadi dua subkelas,
yaitu Apterygota (tak
bersayap) dan Pterygota (bersayap).
Berdasarkan metamorfosisnya, serangga dibedakan atas dua kelompok, yaitu: Hemimetabola dan Holometabola.
Kelompok Hemimetabola
meliputi beberapa ordo, antara lain:
1) Ordo Archyptera
atau Isoptera
Ciri-ciri ordo
Archyptera:
·
Isoptera berasal dari bahasa Latin iso = sama, pteron = sayap yang berarti insekta bersayap sama.
·
Metamorfosis tidak sempurna.
·
Cara hidupnya membentuk koloni
dengan sistem pembagian tugas tertentu yang disebut polimorfisme.
·
Mempunyai satu pasang sayap yang
hampir sama bentuknya. Kedua sayap tipis seperti jaringan.
·
Tipe mulut menggigit.
Contoh:
o Reticulitermis
flavipes (anai-anai)
o Helanithermis
sp. (rayap)
Pada
rayap terjadi polimorfisme, artinya di dalam satu spesies terdapat
bermacam-macam bentuk dengan tugas yang berbeda. Rayap hidup berkoloni, dalam
koloni ini terjadi pembagian tugas kerja, yaitu Ratu, yakni laron (rayap
betina fertil). Biasanya tubuh gemuk dan tugasnya adalah bertelur. Raja, yaitu laron (rayap jantan
fertil), tugasnya melestarikan keturunan.
Serdadu, rayap yang bertugas mempertahankan sarang dan koloni dari
gangguan hewan lain. Pekerja, rayap
yang bertugas memberi makan ratu dan raja, serta menjaga sarang dari kerusakan.
Sifat rayap pekerja dan rayap serdadu bersifat steril.
2) Ordo Orthoptera
(serangga bersayap lurus)
Ciri-ciri ordo
Orthoptera:
·
Nama ordo ini didasarkan kepada
sayapnya yang lurus (Ortho- = lurus
dan –ptera = sayap).
·
Metamorphosis terjadi secara
bertahap (tidak sempurna).
·
Memiliki satu pasang sayap, sayap
depan lebih tebal dan sempit disebut tegmina. Sayap belakang tipis
berupa selaput. Sayap digunakan sebagai penggerak pada waktu terbang, setelah
meloncat dengan tungkai belakangnya yang lebih kuat dan besar.
·
Hewan jantan mengerik dengan
menggunakan tungkai belakangnya pada ujung sayap depan, untuk menarik betina
atau mengusir saingannya.
·
Hewan betinanya mempunyai ovipositor
pendek dan dapat digunakan untuk meletakkan telur.
·
Tipe mulutnya menggigit.
Contoh :
·
Belalang (Dissostura sp)
·
Belalang ranting (Bactrocoderma
aculiferum)
·
Belalang sembah (Stagmomantis sp)
·
Kecoak (Blatta orientalis)
·
Gangsir tanah (Gryllotalpa sp)
·
Jangkrik (Gryllus sp)
3) Ordo Odonata
Ciri-ciri Ordo
Odonata:
·
Mempunyai dua pasang sayap
·
Tipe mulut mengunyah
·
Metamorfosis tidak sempurna
·
Terdapat sepasang mata majemuk yang
besar
·
Antenanya pendek
·
Larva hidup di air
·
Bersifat karnivora
Contoh :
·
Capung (Aeshna sp)
·
Capung besar (Epiophlebia)
4) Ordo Hemiptera
(bersayap setengah)
Ciri-ciri Hemiptera
:
·
Mempunyai dua pasang sayap, sepasang
tebal dan sepasang lagi seperti selaput.
·
Habitat ada yang hidup di darat dan
ada yang hidup di air
·
Tipe mulut menusuk dan mengisap
·
Metamorfosis tidak sempurna.
Contoh :
·
Walang sangit (Leptocorixa acuta)
·
Kumbang coklat (Podops vermiculata)
·
Kutu busuk (Eimex lectularius)
·
Kepinding air (Lethoverus sp.
5) Ordo Homoptera
(bersayap sama)
Ciri-ciri Homoptera
:
·
Tipe mulut mengisap dan penusuk.
·
Mempunyai dua pasang sayap, sayap
depan merupakan sayap membrane (atau sedikit mengalami pergeseran) dan tidak
mengeras secara merata, sementara pasangan bagian belakang murni sayap membran.
Ketika tidak digunakan, sayap akan terlipat menyerupai bentuk atap di atas
tubuh dan tampak serupa.
·
Sayap depan dan belakang sama,
bentuk transparan.
·
Metamorfosis tidak sempurna.
Contoh :
·
Tonggeret (Dundubia manifera)
·
Wereng hijau (Nephotetix apicalis)
·
Wereng coklat (Nilapervata lugens)
·
Kutu kepala (Pediculushumanus capitis)
·
Kutu daun (Aphid sp)
Berdasarkan ciri sayap dan alat
mulutnya, kelompok Holometabola ini meliputi 6 ordo, yaitu ordo:
1) Ordo Neuroptera
(serangga bersayap jala)
Ciri-ciri Neuroptera :
·
Tipe mulut menggigit.
·
Mempunyai dua pasang sayap yang
urat-uratnya berbentuk seperti jala.
·
Meteamorfosis sempurna.
Contoh:
·
Undur-undur (Myrmeleon
frontalis)
2) Ordo Lepidoptera (bersayap
sisik)
Ciri-ciri ordo Lepidoptera:
·
Mempunyai 2 pasang sayap yang
dilapisi sisik.
·
Tipe mulut penyedot dan menggulung
dibawah kepala ketika tidak digunakan.
·
Metamorfosis sempurna, yaitu
memiliki siklus hidup: telur – larva – kepompong (pupa) – imago
·
Pupa pada Lepidoptera dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu: Pupa mummi (bagian badan kepompong terlihat dari
luar), dan Pupa kokon (bagian tubuh pupa terlindung kokon).
·
Ordo Lepidoptera
dibagi menjadi 2 sub ordo:
·
Sub ordo Rhopalocera
(kupu-kupu siang)
Contoh :
·
Hama kelapa (Hidari irava)
·
Hama daun pisang (Erlonata thrax)
·
Kupu-kupu pastur (Papiliomemnon)
·
Kupu
sirama-rama (Attacus atlas)
·
Sub ordo Heterocera
(kupu-kupu malam)
·
Sering juga disebut ngengat. Hidup
aktif pada malam hari. Jika hinggap kedudukan sayap mendatar membentuk otot.
Contoh:
·
Ulat tanah (Agrotis ipsilon)
·
Ulat jengkal (Plusia signata)
·
Kupu ulat sutra (Bombyx mori)
3) Ordo Diptera (serangga
bersayap dua buah/sepasang)
Ciri-ciri ordo
Diptera:
·
Mempunyai sepasang sayap depan, dan
satu pasang sayap belakang berubah menjadi alat keseimbangan yang disebut halter.
·
Mengalami metamorfosis sempurna
dengan larva yang tidak berkaki.
·
Tipe mulut ada yang menusuk dan
mengisap atau menjilat dan mengisap, membentuk alat mulut seperti belalai
disebut probosis.
·
Mata biasanya berukuran besar.
·
Antenna memiliki jumlah segmen yang
bervariasi dari 3-40 buah.
Contoh :
·
Lalat (Musca domestica)
·
Nyamuk biasa (Culex natigans). Larvanya tegak dengan permukaan air, jika hinggap
tidak menungging.
·
Nyamuk Anopheles (vektor penyakit malaria). Larvanya sama rata dengan
permukaan air, jika hinggap menungging.
·
Aedes
aegypti (inang virus demam berdarah). Larvanya berkedudukan tegak
di permukaan air.
4) Ordo Coleoptera
(bersayap perisai)
Ciri-ciri
ordo Coleoptera:
·
Mempunyai dua pasang sayap.
·
Sayap depan keras, tebal dan
mengandung zat tanduk disebut dengan elitra, sayap belakang seperti selaput.
·
Mengalami metamorfosis sempurna.
·
Tipe mulut menggigit.
·
Berkulit keras, eksoskeleton tebal.
·
Hampir ditemukan di seluruh tipe
habitat.
Contoh :
·
Kumbang kelapa (Orytec rhynoceros)
menyerang pucuk kelapa, pakis, sagu, kelapa sawit dan lain-lain.
·
Kumbang buas air (Dystisticus marginalis)
·
Kumbang beras (Calandra oryzae)
5) Ordo Siphonoptera
(bangsa pinjal)
Ciri-ciri ordo
Siphonoptera :
·
Serangga ini tidak bersayap, kaki
sangat kuat dan berguna untuk meloncat.
·
Mempunyai mata tunggal.
·
Tipe mulut mengisap.
·
Segmentasi tubuh tidak jelas
(batasan antara kepala – dada dan perut tidak jelas).
·
Metamorfosis sempurna.
Contoh :
·
Pinjal manusia (Pubex irritans).
·
Pinjal anjing (Ctenocephalus
canis).
·
Pinjal kucing (Ctenocephalus
felis).
·
Pinjal tikus (Xenopsylla cheopis),
pinjal pada tikus dapat menularkan kuman pes / sampar.
6) Ordo Hymenoptera
(bersayap selaput)
Ciri-ciri ordo Hymenoptera :
·
Mempunyai dua pasang sayap, tipis
seperti selaput.
·
Tipe mulut pengunyah termodifikasi
menjadi tipe penghisap penjilat pada bentuk yang lebih maju, seperti lebah.
·
Metamorphosis sempuran dan larva memiliki
kepala yang berkembang dengan baik, larva kadangkala membuat cocon.
Contoh :
·
Apis indica
(lebah madu, biasa dipelihara manusia)
·
Apis dorsata (lebah madu yang hidup di lubang kayu)
·
Apis melifera (lebah madu terbesar, biasa disebut lebah gung)
·
Oecophyla saragillina (semut
rangrang)
·
Monomorium sp. (semut hitam)
·
Vespula maculate (tawon)
Lebah dan semut mempunyai sifat
polimorfisme, yaitu adanya beberapa bentuk tubuh khusus sesuai dengan tugas
yang diemban dalam suatu kehidupan sosial masyarakatnya. Pembagian tugas dalam
masyarakat Hymenoptera adalah sebagai berikut :
1. Ratu,
hewan betina fertil tugasnya bertelur.
2.
Raja, hewan jantan terjadi karena partenogenesis (telur
yang tak dibuahi oleh sperma jantan) dan bertugas mengawini ratu. Setelah kawin
lebah jantan diusir dari sarang dan kemudian mati. Sementara itu ratu telah
menyimpan spermatozoid di dalam spermateka.
3.
Pekerja, adalah betina mandul yang berasal dari telur yang dibuahi
sperma. Tugasnya menyediakan makanan, memberi makan larva ratu, membuat sarang
dan membersihkan sarang.
F.
Manfaat dan peranan serangga
Serangga
memiliki protein yang tinggi, energi, dan sejumlah vitamin dan mineral.
Penelitian tentang pemanfaatan serangga sebagai salah satu sumber makanan sudah
lama dilakukan. Salah satunya dilakukan oleh WS Bristowe pada tahun 1932 yang
meneliti di Laos dan Siam (dikenal dengan Thailand). Jenis serangga yang
dikonsumsi bervariasi dan dalam jumlah yang sangat banyak, antara lain: (1)
binatang air kecil (sejenis kepiting); (2). belalang; (3). Laba-laba; (4).
Lipas; (5). Jangkrik; (6). Kumbang; (7). Lebah Madu; (8). Anai-Anai; (9).
Rayap; (10). Semut; (11). Kutu; dan (12). Ulat bulu. Di Thailand, serangga
dikonsumsi dalam bentuk telur, larva, atau dewasa, baik mentah maupun sesudah
dipanggang, direbus, atau digoreng. Mereka
memasaknya dengan beberbagai jenis bumbu antara lain bawang putih,daun jeruk,
buah jeruk, garam, dna saos kari udang, yanag adapat meningkatkan aroma dan
cita rasa dari serangga. Salah satu jenis bumbu saos yang terkenal adalah Saos
Nam Phala (terbuat dari campuran udang). Serangga tersebut dikonsumsi berbagai
lapisan masyarakat, termasuk kalangan istana di Bangkok. Kebiasaan mengkonsumsi serangga juga dikenal
di Indonesia, namun hanya pada golongan masyarakat tertentu, dan pada skala
terbatas. Ada beberapa jenis serangga yang sangat populer dan diusahakan
komersil, seperti lebah madu, jangkrik, rayap, ulat sutera, dan semut. Jenis serangga lainnya belum dibudidayakan,
tetapi diburu di alam seperti belalang, laba-laba, kutu, kumbang kelapa, dan
ulat sagu. Ulat sagu sangat digemari oleh masyarakat Ambon karena rasanya
manis, lunak dan lezat. Bahkan Prof. Dr.
Ir. Dodi Nadika, pakar rayap IPB menjadikan Cryptotermes cynocepphalus light
(Rayap Kayu Kering = RKK) sebagai permen. RKKmengandung protein yang cukup
tinggi, sekitar 14.2 persen dari bobot basah tubuh atau 55.7 persen dari bobot
kering tubuh, karbohidrat 10.2 persen, dan lemak 25.2 persen terhadap bobot
kering tubuh. Pembuatannya dilakukan dari pekatan protein dicampur HFS (sirup
fruktosa tinggi, dimasak pada suhu 70-100 derajat celcius, ditambahkan gelatin,
dilakukan proses penghilangan busa, pendinginan, dan pencetakan.Penggemar lebah
madu/tawon mengambil madu, lilin tawon, susu madu, perekat lebah bernilai
ekonomis, dan larvanya dengan cara berburu dialam. Banyak warga
mengkonsumsi larva, mencampurnya dengan gandum seperti pembuatan bakwan
yang digoreng (Rismunandar 1981). 5Belalang dan jangkrik digemari penduduk
Indonesia di kawasan timur. Mereka memenggang atau menyangrainya, rasanya
lembut dan segurih udang.Peluang dan prospek memanfaatkan serangga sebagai
sumber protein hewani sangat besar. Dari
hasil analisis ternyata berabgai jenis serangga mempunyai kandungan protein dan
lemak yang tinggi. Sebagai contoh, laba-laba mengandung protein sebesar 64.3
persen dan lemak sebanyak 9.8 persen. Jangkrik dan semut dijadikan sumber
makanan protein hewani, selain sebagai pakan burung, ikan hias, udang, umpan
pancing, dan banyak spesies lainnya yang berguna bagi kehidupan. Serangga juga
membantu proses penyerbukan pada berbagai macam tanaman, di samping berperan sebagai pengurai (dekomposer),
bioindikator lingkungan, membantu di bidang kesehatan, dan bernilai ekonomis
sebagai bahan perhiasan dan diperjualbelikan. Serangga berperan di bidang
pertanian, seperti melakukan penyerbukan yang dilakukan lebah SPKS Elaeidobius kamerunicus dan Thrips
hawainensis. Serangga penyerbuk coklat
(Forcipornyia spp), bersifat predator, parasitoid ataupun musuh alami pada
tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar