PEMUPUKAN DAN EFESIENSI
PENGGUNAANYA
I. PENDAHULUAN
Dalam arti luas, pupuk adalah setiap bahan organik, dan atau anorganik,
alami atau buatan, yang mengandung satu atau lebih unsur kimia (hara) yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman normal.
Efisiensi pemupukan dapat dinyatakan sebagai suatu parameter kenaikan
hasil tiap unit pupuk yang digunakan.
Disamping itu juga dapat diartikan sebagai jumlah produksi tiap unit
pupuk yang dipakai. Efisiensi pemupukan
seringkali belum mencapai maksimum.
Dengan kata lain belum semuanya pupuk yang diberikan dapat diserap dan
dimanfaatkan tanaman. Diantara
pupuk-pupuk yang telah digunakan, efisiensi N adalah yang paling rendah
darapada pupuk yang lain. Hal ini
disebabkan karena N mudah berubah bentuk, mudah larut, dan mudah menguap. Sedangkan pupuk P relatif sukar larut, dan K
walaupun mudah larut, tetapi diikat oleh koloid tanah.
Di Indonesia
penelitian mengenai cara-cara meningkatkan efisiensi pupuk dalam tanaman sudah
dikaji sejak 1950. Khususnya untuk N,
maka faktor yang sangat mempengaruhi efisiensinya adalah: (1) keseimbangan
dengan hara lain, (2) pH tanah, (3)
bahan organik tanah, (4) struktur tanah, (5) kelembaban tanah, (6) cara
penempatan pupuk, (7) potensi genetik tanaman, (8) populasi tanaman, (9) pengolahan
tanah, dan (10) pemberantasan hama penyakit.
Kesepuluh faktor ini saling kait-mengkait. Akan tetapi, lima faktor pertama sukar
difahami dan dikuasai petani. Sedangkan
lima faktor terakhir akan dapat difahami petani melalui penyuluhan yang intensif.
Keseimbangan pemberian nutrisi dapat memberikan
keuntungan yang optimum. Keseimbangan
nutrisi merupakan hal yang penting dalam efisiensi. Aplikasi pemupukan hendaknya mempertim-bangkan
kondisi lingkungan dan agroklimat secara spesifik. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah:
sifat dan jenis tanah, kultur teknis, kualitas dan kuantitas air irrigasi,
kedalaman air tanah, rotasi tanaman, dan kapasitas dari menejemen
petaninya. Tingkat hasil yang diterapkan
suatu tanaman merupakan bahan pertimbangan yang penting.
Dalam
usaha mencapai efisiensi pemupukan pada tingkat petani aspek yang menjadi
prioritas adalah bagaimana aplikasi pupuk yang tepat. Empat tepat tersebut yaitu: tepat dosis,
tepat waktu, tepat cara, dan tepat jenis pupuk.
II. ASPEK UMUM PUPUK DAN PEMUPUKAN
2.1
Klasifikasi
Pupuk
Klasifikasi
pupuk dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu:
a.
Berdasarkan sifat kimianya:
§ pupuk organik, (kompos, pupuk kandang, tepung
tulang, guano, dll)
§ pupuk kimia, (urea, TSP, KCl, Tanigro,
Maxima, dll)
b.
Berdasarkan sumbernya:
§ pupuk
alam, ditemukan di alam hanya melalui proses ringan.
§
pupuk
buatan, di
proses di industri-industri pupuk.
c.
Berdasarkan kandungan unsur haranya:
§ pupuk
tunggal, yang mengandung unsur hara primer (urea, KCl, TSP, ZK),
sekunder (Kieserite, gypsum,), dan unsur hara mikro (Fe-EDTA, Mn-EDTA, Borak).
§ pupuk
majemuk, dengan 2, 3, atau lebih unsur hara (NPK, Multi K, Multi
NP, Multi KP, Tanigro, Canitro, dll).
d. Berdasarkan tipe kombinasinya:
§
Pupuk
campuran,
campuran secara fisik 2 atau lebih pupuk tunggal atau pupuk majemuk.
§
Pupuk
kompleks,
campuran secara kimia (contoh: nitrophosfat, ammonium phosfat).
e. Berdasarkan bentuknya:
§
pupuk
padat
(kristal, serbuk/tepung, prill/granular) dengan berbagai ukuran (Grand K, Multi
K, Multi NPK, Tanigro, Grand S15, dll).
§
cair, berbentuk larutan, atau
suspensi (Gardena
cair, Mamigro cair, Tanimic, Fitomic)
§ gas (amoniak cair didalam tekanan
tinggi)
f.
Berdasarkan reaksinya di dalam tanah:
§
reaksi
masam (urea,
amm.nitrat, amm.sulphat, mono amm.sulphat, DAP)
§
basa (KNO3, Ca(NO3)2,
RP, kalsite, dolomite)
§
netral/garam
(TSP/SP36,
KCl, ZK, kieserite, gypsum)
g.
Berdasarkan kecepatan reaksinya:
§ Reaksi cepat, larut air dan segera tersedia
(urea, KCl, TSP, semua jenis pupuk Cap Kapal Terbang).
§ Reaksi lambat, ditransformasi dahulu kedalam
bentuk terlarut (urea terlapis sulfur, dicalciumphosfat, rock phosfat,
dolomite, gypsum)
2.2
Metode Umum Applikasi
berdasarkan type material yang digunakan:
a.
Pupuk
padat yang larut air,
disebarkan serta merta pada permukaan tanah (penetrasi ke dalam zona perakaran
kemudian merembes selama pencucian setelah terlarut oleh air ) atau ditempatkan secara langsung ke dalam
zona perakaran. Contoh: diletakan dibawah benih pada saat tanam di
lubang tanam.
b.
Pupuk padat yang sukar larut air,
disebarkan ke permukaan tanah dan secara mekanik dicampur ke dalam lapisan olah.
c.
Pupuk cair:
§
Disemprotkan ke atas permukaan tanah dengan konsentrasi
tertentu.
§ Dicampurkan langsung ke dalam tanah.
§ Disemprotkan langsung ke
tanaman (foliar spray).
Secara teori material pupuk yang halus yang dicampurkan ke dalam lapisan
tanah olah dapat memberikan distribusi yang seragam di zona perakaran, tetapi
sering tidak penting dan sangat mahal. Penggunaan pupuk
granular dapat mewakili antara keseragaman distribusi dan kemudahan aplikasi.
III. DASAR-DASAR PEMUPUKAN
3.1 Cara Pemupukan
1. Cara Larikan
Cara larikan pada dasarnya
adalah meletakan pupuk di bawah permukaan tanah (zona perakaran) berbentuk
barisan/parit memanjang (parealel) pada sisi barisan tanaman, di samping atau
di atas benih tanaman. Cara larikan juga
dapat diterapkan pada tanaman pohon dimana parit larikan dibuat melingkar 0.5 -
1 kali tajuk tanaman.
Aplikasi pemupukan larikan
dilakukan dengan cara membuat parit kecil sedalam 6-10 cm, kemudian menempatkan
pupuk di dalam larikan tersebut, dan kemudian metutupnya kembali dengan
tanah. Cara ini sangat cocok untuk
tanaman berbentuk barisan yang jarak antar barisan relatif lebar seperti;
jagung, tebu, kacang tanah, kedelai, dll, atau juga diterapkan pada tanaman
pohon dan tanaman buah-buahan. Aplikasi
larikan sangat baik digunakan untuk pupuk phosfat (TSP/SP36), dan kalium, atau
pada tanah-tanah yang mempunyai fikasasi P dan K tinggi.
Peletakkan pupuk secara larikan
hendaknya tidak terlalu dekat dengan benih atau bibit untuk menghindari
keracunan tanaman misalnya garam dari pupuk menyebabkan kerusakan benih/bibit
(terbakarnya akar). Pupuk berbentuk granular/pril pada prinsipnya dapat
diterapkan dengan cara larikan.
Pupuk-pupuk Cap Kapal Terbang yang dapat di applikasikan dengan cara ini
adalah yang berbentuk prill atau granular seperti; Grand S15, Kalimags, Maxima,
Tanigro,dll.
Gambar 1. Cara aplikasi pemupukan secara larikan
2. Cara Pop Up
Pupuk diletakkan di bawah benih
(di lubang tanam), pada saat penanaman.
Cara ini digunakan sebagai pupuk dasar bagi pertumbuhan vegetatif
awal. Cara ini lazim juga dipakai untuk
pupuk jenis slow release seperti pupuk organik, SP-36, Dolomite, dll., dan atau
pupuk majemuk mengandung N seperti NPK, NP, NK, dll. Pupuk cap kapal terbang yang dapat
diaplikasikan dengan cara ini adalah: Grand S15, Maxima, Tanigro, dan Kalimags.
Gambar 2.
Cara aplikasi pemupukan dengan cara ”pop up”.
3. Cara Sebar
Aplikasi pupuk secara sebar
dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah (sebelum pembajakan terakhir)
atau setelah tanam. Cara ini banyak
diterapkan pada tanaman dengan jarak tanam rapat yang ditanam bukan dalam
bentuk barisan, atau dapat juga diterapkan pada tanaman dengan barisan
rapat. Cara ini juga dapat diterapkan
pada pupuk yang lebih efektif jika dicampurkan ke dalam tanah seperti KCl,
dolomite, kieserite. sedangkan untuk pupuk seperti TSP/SP36 kurang baik dengan
cara ini karena banyaknya persinggungan permukaan antara pupuk dan butir-butir
tanah dapat meningkatkan penjerapan oleh tanah sehingga unsur phosfat lambat
tersedia untuk tanaman, tetapi dengan pertimbangan kepraktisan biasanya banyak
juga yang menerapkannya secara sebar.
Untuk pupuk yang mudah menguap
(urea, DAP,dll) penyebaran pupuk lebih baik dilakukan pada saat pembajakan
terakhir, sehingga pupuk tercampur di dalam tanah lapisan olah. Penyebaran pupuk dilakukan seseragam mungkin.
Aplikasi dengan cara ini terbaik dilakukan pada tanah-tanah yang ringan
(berpasir) dan berdrainase baik.
a.
Top Dressing
Aplikasi ”top dressing” adalah menyebarkan pupuk
secara merata pada tanaman yang sudah berdiri (tertanam). Cara ini biasanya digunakan pada tanaman
dengan jarak tanam yang sempit, seperti pada tanaman padi, rumput, dll. Top dressing adalah aplikasi yang lazim pada
pupuk susulan atau pupuk-pupuk majemuk sebagai booster, seperti Urea dan
KCl, NPK, PK.
b. Side Dressing
Aplikasi ”side dressing” adalah meletakkan pupuk di
sisi/sekitar tanaman yang mempunyai jarak tanam lebar. Cara ini efisien digunakan pada
tanaman-tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, kakao, karet, pisang, dan
tanaman buah-buahan lainnya. Aplikasinya dengan menabur pupuk di antara barisan
tanam pohon atau di sekeliling tanaman dimana perakaran tanaman
terkonsentrasi.
Gambar 3.
Cara aplikasi pemupukan dengan cara side
dressing.
4.
Cara tugal
Cara
tugal diterapkan dengan menempatkan pupuk ke dalam lubang di samping tanaman
sedalam ± 10
cm. Lubang tersebut dibuat dengan alat
tugal. Kemudian, setelah pupuk
dimasukkan, ditutup kembali dengan tanah untuk menghindari penguapan. Cara ini dapat dilakukan di samping kiri dan
atau kanan baris tanaman atau di sekeliling tanaman pohon dengan beberapa
lubang tugal. Pada prinsipnya semua
jenis pupuk granular/prill atau tablet dapat diterapkan dengan cara ini. Baik
diterapkan untuk jenis pupuk yang slow release atau pupuk berbentuk
tablet. Tanaman yang ditanam dalam
bentuk bedengan sepeti cabe, melon, tomat, dll, yang biasanya menggunkan mulsa
sangat efektif menggunakan cara ini.
Unsur P dan K dapat terfikasasi oleh tanah sehingga
tidak seluruhnya tersedia untuk tanaman.
Oleh sebab itu aplikasi pupuk dengan cara tugal baik digunakan untuk
pupuk phosfat (TSP/SP36), dan kalium, yang tujuannya adalah mengurangi
seminimal mungkin persinggungan pupuk dengan tanah.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam aplikasi pupuk secara tugal ini adalah sebagai
berikut:
1.
Lubang penugalan sebaiknya tidak terlalu dalam dan
tidak terlalu dangkal, sehingga pupuk yang diberikan akan terkonsentrasi di
daerah perakaran tanaman sesuai perkembangan akar tanaman.
2.
Lubang tugal tidak terlalu dekat dengan batang
tanaman, hal ini untuk mengurangi resiko terlukanya akar akibat terlalu banyak
bersentuhan dengan pupuk.
3.
Untuk pupuk yang mudah menguap (pupuk-pupuk
nitrogen) sebaiknya segera ditutup dengan tanah setelah aplikasi.
Gambar 4. Cara aplikasi pemupukan dengan cara side dressing.
Pupuk
Cap Kapal Terbang yang dapat diaplikasikan dengan cara ini adalah Grand S25,
Kalimags, Maxima, Grand K, Multi NPK,
KP, NP, KMg, dan Tanigro.
5.
Cara semprot (foliar application)
Aplikasi
pupuk dengan cara penyemprotan ke daun (foliar spray) merupakan metode yang
paling efektif untuk mensuplai unsur makro dan mikro. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
aplikasi dengan cara semprot ini adalah sbb:
a. Untuk
mengurangi resiko terbakarnya daun, dosis penyemprotan harus sesuai (tidak
boleh berlebihan).
b. Penyemprotan
hendaknya dilakukan pada pagi-pagi hari sekali (pada saat stomata biasanya
membuka) atau pada sore hari sekali, atau pada kondisi berawan (untuk mencegah
pengeringan secara cepat droplet yang disemprotkan).
c.
Besarnya nozle; pertambahan
konsentrasi larutan tergantung pada tipe nozle,
d. Ukuran
droplet sebaiknya tidak terlalu besar dan hasil penyemprotan selalu
halus seperti embun air.
e. Jarak
nozle ke daun yang disemprot sebaiknya antara 30 – 50 cm.
6.
Cara penyiraman atau fertigasi
Fertigasi
(fertilisiasi + irrigasi) adalah pemberian unsur hara bersama-sama dengan air irrigasi. Caranya dengan
melarutkan pupuk ke dalam air dan disiramkan pada tanaman melalui air
irrigasi. Tetapi lazimnya cara ini
dilakukan untuk tanaman yang pengairannya menggunakan sistem springkel atau
irrigasi tetes (drip irrigation). Cara ini telah banyak diterapkan pada
kebun-kebun bunga, hidroponik, pembibitan tanaman hutan, lapangan golf, atau
nursery tanaman yang bernilai ekonomi tinggi.
Dengan cara ini, akurasi dan penyerapan unsur hara oleh akar dapat lebih
optimal.
Semua pupuk Cap Kapal Terbang yang larut sempurna
dalam air, dapat diaplikasikan dengan cara ini, terutama pupuk Grand K, dan
Multi KP, NP, NPK, KMg.
3.2 Waktu Aplikasi
Waktu aplikasi pemupukan tergantung pada sifat dari
pupuk atau unsur hara yang terdapat di dalam pupuk dan saat tanaman banyak
membutuhkannya. Umumnya pupuk nitrogen
diberikan secara bertahap (split application) dan disesuaikan dengan stadia
pertumbuhan dan kebutuhan tanaman. Pupuk phosfat dan kalium pada
tanaman semusim umumnya diberikan sekaligus pada saat tanam.
Split application:
Split application atau
applikasi bertingkat/berkala adalah membagi total dosis pupuk menjadi beberapa
frekuensi aplikasi yang ditujukan untuk mengontrol kehilangan unsur hara akibat
pencucian. Hal ini penting pada tanah-tanah bertekstur ringan
(berpasir) yang biasanya berdrainase cukup baik.
Nitrogen
-
untuk tanah-tanah yang miskin
N, pemberian pupuk N harus relatif lebih banyak pada waktu tanam.
-
Untuk tanah yang cukup N,
pemberiannya dapat dikurangi pada awal pertumbuhan dan lebih banyak diberikan
untuk pertumbuhan selanjutnya.
-
Untuk tanaman yang mempunyai
anakan sedikit, pemberian N lebih banyak pada awal pertumbuhan.
-
Untuk tanaman berumur pendek
(genjah) pupuk N harus lebih banyak diberikan pada awal pertumbuhan.
Dengan pertimbangan sifat nitrogen dan kebutuhan
nitrogen yang relatif sama pada setiap fase pertumbuhan tanaman maka waktu
pemberian pupuk N harus disesuaikan dengan stadia pertumbuhan dan umur tanaman,
dalam rangka mengurangi jumlah N yang hilang.
Pemberian pupuk N adalah tidak semuanya sekaligus, tetapi diberikan
sesuai dengan kebutuhan tanaman itu sendiri, sehingga pupuk N selalu diberikan
bertingkat (split application). Sebagai
contoh untuk pemupukan padi sawah, yang dibeikan 1/3 dosis pada saat tanam, 1/3
dosis pada saat umur 30 hari setelah tanam (anakan maksimum) dan selebihnya
pada saat umur primordia bunga.
N diambil tanaman paling banyak
pada pH tanah yang rendah dan pada tanah-tanah asam, tanah-tanah dengan
kandungan air tinggi, seperti di dataran tinggi di Asia Tenggara. Kehilangan NO3 tinggi, oleh sebab
itu tanaman tidak tumbuh dengan vigour (kekurangan). Ammonium (urea) yang diaplikasikan sebelum
tanam sering hilang karena pencucian setelah berlangsungnya nitrifikasi.
- Kehilangan N akibat denitrifikasi menjadi lebih
besar terjadi pada musim hujan beberapa periode ketika tanah mengalami
genangan. Oleh sebab itu darainase yang
baik mutlak dibutuhkan.
- Untuk mengurangi kehilangan N, waktu pemupukan harus
bertepatan dengan kebutuhan tanaman tertinggi (untuk tanaman semusim) biasanya
menjelang pertumbuhan vegetatif cepat 2-3 mg setelah tanam.
Phosfat
Pupuk phosfat dianjurkan diberikan seawal mungkin,
yaitu bersamaan dengan waktu tanaman atau pada waktu setelah pembajakan (dengan
cara larikan). Penempatannya diusahakan
dekat dengan zone perakaran. Hal ini
disebabkan karena unsur ini tidak mobil di dalam tanah. Pemberian unsur ini melalui pupuk susulan
tidak dianjurkan kecuali pada tanaman padi sawah.
Bentuk P yang larut air
sebagian dapat berubah ke dalam bentuk yang kurang tersedia ketika di
apliksikan ke tanah masam. Oleh sebab
itu aplikasi pupuk P sebaiknya tidak terlalu jauh dari persemaian. Peletakan pupuk P sebaiknya pada lubang tanam
dan pada barisan-barisan atau larikan dekat dengan benih atau bibit
tanaman. Pada tanah dengan kadar P
rendah dan penjerapan P tinggi, peletakan pupuk P dilakukan lebih dalam sebelum
tanam. Usaha yang baik dilakukan untuk
pupuk P yang kurang larut (rock phosfat) adalah diaplikasikan dengan
menyebarkan dan mencampur pada top soil (jika mungkin bersama dengan pupuk
kandang) pada saat persiapan lahan.
Kalium
Pada tanaman yang tidak berpasir kehilangan Kalium
karena tercuci lebih rendah, sehingga pemberian pupuk kalium dapat dianjurkan
sewaktu bertanam seperti halnya pupuk phosfat.
Tetapi pada tanah-tanah berpasir atau tanah yang miskin kalium, maka
pemberian pupuk kalium secara berkala (split application) sangat
dianjurkan.
K sering diaplikasikan pada
tanaman tahunan sebelum atau pada saat tanam.
Tanaman parenial (seperti pisang, nanas) membutuhkan pemberian K yang
teratur, yang mana diaplikasikan sebelum musim hujan. K merupakan kation yang dapat berinteraksi
dengan kation lain (Ca, Mg) dimana K dapat mengurangi pergerakan kation Ca dan
Mg. K yang diberikan oleh pupuk yang
mudah larut air (seperti KCl) dapat tercuci pada tanah-tanah yang bertekstur
ringan, drainase bagus dimana mengandung sejumlah kecil bahan organik
tanah. Kehilangan terbesar ketika dosis
K yang besar diaplikasikan tanpa di split (dosis tunggal). Sebaiknya membagi aplikasi pemupukan K dosis
yang besar ( >120 kg K2O/ha) kedalam pupuk dasar dan 1 - 2
aplikasi setelah fase pertumbuhan vegetatif.
Kalsium, Magnesium, dan Sulfur
Unsur hara tersebut biasanya
dibutuhkan dalam jumlah yang kecil daripada N, P, K dan dalam jumlah yang cukup
terdapat pada sumber-sumber organik (pupuk kandang), pupuk dasar (kapur,
dolomit, dll), dan pupuk mengandung NPK (S dalam pupuk ZA, Ca dan S dalam
single super phosfat), Ca pada TSP.
Untuk kebutuhan tambahan sejumlah Mg dan S dapat ditambahkan sebelum
tanam (seperti Kalimags) pada tanaman semusim dan aplikasi sekali lagi setiap
tahun pada tanaman tahunan.
Unsur mikro
Unsur hara mikro hanya
dibutuhkan dalam jumlah yang kecil dan juga terkandung pada bahan organik dan
mungkin cukup untuk menunjang hasil rata-rata.
Tanaman-tanaman tertentu membutuhkan aplikasi unsur mikro pada saat
sebelum tanam (seperti Zn) besar atau juga sebelum periode pertumbuhan cepat
(sebagai contoh Boron). Saat aplikasi
pupuk mikro secara umum kurang signifikan dimana keseluruhan tanah mampu
menyediakan unsur hara mikro setelah aplikasi pupuk mikro untuk kurun waktu
beberapa tahun.
Tabel 2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu apaliksi pupuk
Unsur
|
Tanah
|
Iklim
|
Tanaman
|
Nitrogen
|
- Nitrat dapat tercuci di tanah yang ber-pH rendah, tekstur berpasir dan
berdrainase baik.
- Amonia (NH3) mengalami volatilisasi seiring dengan
meningkatnya pH tanah.
|
-
Pencucian (leaching)
tinggi terjadi selama periode musim
hujan. Nitrifikasi
meningkat selama periode suhu yang tinggi.
|
-
Tanaman semusim: Kebutu-han tinggi pada
tanaman muda, selama puncak pertumbuhan, dan pembungaan.
- Tanaman tahunan: Pemberiannya disesuaikan
dengan musim dan daur hidup tanaman.
|
Phosfat
|
Mengalami fiksasi di tanah bertekstur halus oleh Fe/Mn/ Al-oksida yang
terjadi pada tanah asam
|
-
Kehilangan meningkat jika P di aplikasikan melalui permukaan.
-
Kehilang dapat disebabkan oleh run off dan atau erosi selama musim
hujan.
|
-
Tanaman semusim: Disebar merata pada saat
tanam dicampur pada tanah permukaan.
-
Tanaman tahunan: Selama persiapan lahan
dicampur dengan tanah permukaan dan atau di lubang tanam.
|
Kalium
|
- K sangat rentan terhadap
pencucian pada tekstur yang ringan, drainase bagus, dan bahan organik
rendah.
- Mineral Illitic di beberapa tanah tropis dapat menyebabkan fiksasi K.
|
-
Mempunyai potensial tercuci,
run-off, dan erosi yang besar
selama musim hujan.
-
Pemberian yang baik dapat meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
kekeringan.
|
-
Tanaman semusim: Sebelum dan pada saat
tanaman, dicampur dengan tanah permukaan.
Dosis: > 120 kg K2O/ha, dapat di split 50 % di basal
amandemen dan ditambah 1 atau 2 aplikasi setelah tanam.
-
Tanaman tahunan: Pemberian yang teratur
disesuaikan dengan iklim/cuaca dan masa pertumbuhan tanaman.
|
3.3 Dosis Aplikasi
Dalam aplikasi pemupukan, faktor dosis merupakan hal
yang sangat penting karena menyangkut kecukupan unsur hara yang dapat terserap
oleh tanaman. Dosis pemupukan yang berlebihan bukan hanya tidak efisien secara
ekonomi tetapi dapat bersifat racun dan mencemari lingkungan. Sebaliknya dosis pemupukan yang kurang dapat
menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang optimal dan kehilangan potensinya untuk
berproduksi lebih tinggi lagi.
Nitrogen
(N)
Pengaruh nitrogen yang berlebihan dapat
mengakibatkan:
- Tanaman
rebah, banyak terjadi pada tanaman padi, yang disebabkan oleh ruas bagian bawah
dari tanaman menjadi lemah, dan ini berpengaruh negatif terhadap kualitas dan
hasilnya.
- Meningkatnya kepekaan tanaman terhadap berbagai
penyakit, contohnya penyakit karat dan tepung.
- Masa
reproduksi/generatif tanaman menjadi lebih lambat.
- Kualitas produksi kurang baik.
Sedangkan bila dosis yang
diberikan kurang, akan mengakibatkan kekurangan unsur hara dalam tanaman. Gejala yang ditunjukan bila tanaman
kekurangan nitrogen adalah sebagai berikut:
-
Daun-daun berwarna hijau muda
hingga kuning.
- Biasanya bagian bawah daun-daun tua mulai berubah
menjadi hijau kekuningan, kemudian diikuti dengan perubahan warna kuning pada
pinggiran daun.
- Keseluruhan daun ada kalanya berubah menjadi kuning,
meskipun organ daun itu masih hidup.
- Pada tanaman jagung misalnya warna kuning itu
merebak disekitar bagian tengah sepanjang daun dengan bagian pinggiran
sepanjang daun masih berwarna hijau.
- Pada tanaman cerealia sering menunjukkan gejala buah
mengerut dan ringan.
- Pada tanaman pohon-pohonan daun-daun gugur lebih
awal.
- Gejala kekahatan ini biasanya sering terjadi pada
tanah berpasir atau pada tanah tergenang, serta pada tanah pertanian yang pupuk
nitrogennya kurang. Dapat juga terjadi
pada tanah yang kadar bahan organiknya rendah.
Phosfat (PO4)
Secara teknis phosfat yang
berlebihan tidak mempunyai pengaruh yang negatif terhadap tanaman, tetapi ada
indikasi bahwa phosfat yang berlebihan ikut berperan dalam menimbulkan
kekurangan Zn pada tanaman buah-buahan (karena terbentuknya seng phosfat
sehingga tidak larut). Sebaliknya bila
pemberian phosfat yang kurang menyebabkan gejala sebagai berikut:
- Tanaman menjadi kerdil (stunt)/pertumbuhannya
lambat..
- Berwarna hijau gelap yang berasosiasi dengan warna
ungu-coklat pada daun tanaman muda.
- Buah
masak lebih awal dan kualitasnya buruk.
- Mengganggu polinasi pada tanaman jagung.
- Umumnya tanaman tumbuh kerdil jika phosfat dalam
tanah terbatas jumlahnya.
Kalium (K)
Pemupukan kalium yang
berlebihan bukan hanya tidak ekonomis, tetapi juga dapat mengakibatkan
menurunya hasil tanaman. Lagi pula,
tanaman dapat menyerap kalium lebih banyak daripada yang dibutuhkannya untuk
mencapai hasil mekasimum (konsumsi yang berlebihan). Akibat yang merugikan dari kalium yang
berlebihan adalah:
- Menurunnya kadar berat kering hasil tanaman (pada
kentang).
- Menurunnya penyerapan unsur-unsur lain oleh tanaman
(Mg, Ca).
- Memperbesar kemungkinan timbulnya kekurangan boron
(hartrot).
Sebaliknya bila kekurangan unsur ini dapat
menyebabkan hal sebagai berikut:
- Terdapat
gejala pinggir daun kuning, mengering dan seperti terbakar.
- Tanaman
jagung memperihatkan pinggir daun tua berwarna kuning mengering.
- Pada tanaman timun memperlihatkan perkembangan
batang yang terhambat.
- Pada pinggir daun tua terlihat gejala kuning dan keriput.
- Buah menjadi lebih kecil, kualitas dan ketahanan
penyimpanaan hasil menjadi lebih buruk.
Kalsium (Ca)
Belum ada data mengenai
kelebihan unsur kalsium yang disebabkan oleh pemupukan di lapangan. Sedangkan
kekurangan kalsium menyebabkan gejala sebagai berikut:
-
Pertumbuhan tidak normal dan terjadinya disintegrasi
bagian terminal tanaman.
-
Kalsium di dalam tanaman bersifat tidak mobil maka
kekurangan pada daun muda tidak dipenuhi dari daun-daun yang lebih tua,
sehingga gejala akan muncul pada daun-daun yang lebih muda.
-
Daun-daun muda berwarna kekuningan pucat hingga
kehitaman, sering menggulung ke atas, dengan sedikit bercak coklat
-
Tanaman nampak pucat/layu dan
mengalami penundaan penuaan.
-
Pada buah menunjukkan gejala busuk berbentuk spot
(tomat, cabe).
Magnesium (Mg)
Pada tanah-tanah yang miskin magnesium, kurangnya
dosis pupuk magnesium dapat menyebabkan defisiensi Mg pada tanaman. Defisiensi
bisasanya ditunjukan oleh perubahan warna daun tanaman (biasanya strip-strip
kekuningan diantara tulang-tulang daun).
Peristiwa klorosis pada tembakau yang dikenal sebagai ”sand down” adalah
disebabkan kekahatan Mg. Daun-daun
jagung menjadi bergaris-garis kuning, sedangkan vein tetap hijau. Bagian daun-daun tua (bawah) akan terpengaruh
terlebih dahulu.
Sulfur (S)
Defisiensi sulfur mirip dengan nitrogen, yaitu
seluruh tanaman terlihat hijau pucat hingga kekuningan. Pucuk-pucuk daun menjadi kuning pucat, sering
terjadi pada daun yang baru tumbuh. Kekurangan S yang parah dapat
mengakibatkan penundaan penuaan tanaman.
Zeng (Zn)
Pertumbuhan daun yang
kerdil. Pada tanaman buah-buahan
cenderung tumbuh pendek dan lama berbuah.
Terdapat warna keputihan di antara tulang-tulang daun tertua bagian
bawah. Pada beberapa kasus daun berwarna
hijau-tua atau hijau-ungu (mirip dengan gejala kekurangan P).
Boron (B)
Defisiensi boron sering terjadi
pada tanah bertekstur kasar (berpasir), berkapur, dan lempung berdebu. Gejala biasanya ditunjukan dengan daun muda
berwarna kecoklatan, layu, dan mati. Daun sering berbentuk tidak normal,mengkerut, tebal,
dan rapuh. Pertumbuhan ujung tunas
terhambat lalu mati. Pertumbuhan tanaman
lambat dengan ruas-ruas cenderung memendek.
Bercak busuk coklat pada akar dan tengah-tengah batang. Buah
mengecil dan jelek, sering berbintil dan luka-luka. Produksi benih yang rendah diperparah dengan
pemupukan yang tidak sempurna.
3.4 Tepat Jenis
Berbagai macam jenis pupuk memberikan beberapa
alternatif penggunaan jenis pupuk yang mana yang akan diaplikasikan. Beberapa unsur hara yang terkandung dalam
pupuk, terdapat dalam bentuk senyawa
yang berbeda. Hal ini sesuai pada proses
kimia dimana pupuk tersebut dibuat. Pupuk kalium misalnya, ada pupuk K yang mengadung Cl
(KCl), dan ada pula yang mengandung S (K2SO4). Sedangkan pupuk nitrogen dapat berupa N
berbentuk ammonium (NH4) dan N dalam bentuk nitrat (NO3). Masing-masing senyawa pupuk tersebut dapat
berinteraksi dengan lingkungan (tanah) sehingga dapat menimbulkan pengaruh yang berbeda pada
tanaman. Pemilihan jenis pupuk yang
tepat/sesuai dengan lingkungan secara otomatis akan meningkatkan efektifitas
pempukan.
1. Nitrogen
Macam-macam bentuk nitrogen:
a. Bentuk ammonium (NH4)
- Ammonia (80% N)
- Ammonium sulphat (21% N)
- Ammonium bikarbonat (17% N)
Semuanya
bereaksi cepat tetapi dapat menambah keasaman tanah.
b. Bentuk nitrat (NO3)
- Kalsium nitrate (Canitro)
- Potassium nitrate (Grand K)
Semuanya
bereaksi cepat dan dapat meningkatkan pH.
c. Bentuk
ammonium nitrat
- Ammonium nitrat (34% N)
- Kalsium ammonium nitrat (20-30% N)
d. Nitrogen dalam bentuk multi nutrisi
- NP = nitrophosfat (20-30% N, 20-30% P2O5)
- MAP = monoammonium phosfat (Multi NP)
- DAP = Diammonium Phosfat (Tanigro 16:20)
- NK
- NPK (Grand S15, Maxima, Gardena, Mamigro, Multi NPK).
Pada tanah-tanah yang cenderung asam sebaiknya tidak menggunakan pupuk N dalam bentuk ammonium (NH4).
-
Pempukan nitrogen untuk tanaman
ubi-ubian dianjurkan menggunakan nitrogen dalam bentuk nitrat, karena tanaman
ini lebih menyukai N-NO3.
-
Karena ion nitrat tidak terikat
dalam tanah maka pemupukan N-NO3 pada musim hujan sebaiknya di bagi
menjadi beberapa aplikasi (frekuensi aplikasinya diperbanyak).
-
Pada musim hujan sebaiknya
menggunakan nitrogen dalam bentuk NH4.
Gambar 5.
Perubahan bentuk nitrogen dalam tanah
Bentuk N di dalam tanah sangat komplek.
Proses penting nitrifkasi (transformasi ammonium menjadi nitrat oleh
bakteri) prosesnya lebih cepat pada saat temperatur tanah lebih hangat. Pada temperatur 20 - 25 °C pada saat aplikasi dapat mensuplai 50 -100 kg/ha N akan ternitrifikasi
kira-kira satu sampai dua minggu dan tetapi dapat tertunda selama beberapa minggu.
Pupuk
Nitrogen dalam bentuk nitrat di dalam larutan tanah akan segera tersedia bagi tanaman tetapi sangat rentan terhadap
pencucian. Tanaman sebagian besar
menyerap N dalam bentuk nitrat. Nitrogen
dalam bentuk Ammonium, meskipun dapat tersedia secara penuh tetapi mempunyai
efek yang lambat karena pertama-tama terjerap dan kemudian di lepaskan secara berangsur-angsur
baru kemudian mengalami proses denitrifikasi.
Nitrogen
dalam bentuk Amida dalam hal ini adalah urea, pertama-tama ditransformasikan
dalam bentuk ammonium sebagai hasil aktivitas mikroba yang mana sangat
tergantung pada suhu. Walaupun demikian
urea yang diaplikasikan dalam bentuk foliar spray menyediakan nitrogen secara
cepat.
Tabel
3. Efek pengasaman oleh pupuk nitrogen
Pupuk
|
CaO yang mengkonpensasi keasaman tanah karena aplikasi
1 kg N *)
|
a. Kalsium Ammonium Nitrat (27% N)
|
0.6
|
b. Ammonia, urea, ammonium nitrat
|
1
|
c. DAP, Ammonium Sulphat Nitrat
|
2
|
d. Amminium Sulphat
|
3
|
*)
didasarkan pada 50 % penggunaan dosis
|
2. Phosfat
Kandungan
P2O5 merupakan porsi ketersediaan phosfat untuk tanaman,
kecuali untuk rock phosfat yang artinya adalah total kandungan yang belum tentu
tersedia bagi tanaman.
Jenis-jenis
pupuk phosfat:
a.
Tipe larut air (reaksi cepat)
-
Single Superphosfat
-
TSP (45 % P2O5)
b.
Tipe larut air sebagian (reaksi cepat dan reaksi cepat)
Sebagian asam phosfat (23 - 26 % P2O5,
paling sedikit 1 - 1/3 yang larut dalam air).
c. Tipe reaksi lambat
- Dikalsium phosfat (larut pada larutan sitrat)
- “Basic
Slag” (larut pada asam sitrat)
e.
Pupuk majemuk yang mengandung P
-
NP (Monoammonium phosfat), (Multi NP)
-
PK (Monopotassium phosfat), (Multi KP)
-
NPK (biasanya mengandung1 - 1/3 atau lebih P yang
larut air (reaksi cepat) dan 2 - 1/3 P
yang bereaksi lambat.
Gambar
6. Perubahan bentuk phosfat dalam tanah
3. Kalium
Umumnya
pupuk-pupuk kalium tungal mempunyai kandungan K20 yang tinggi, larut
dalam air, dan cepat tersedia untuk tanaman seperti:
-
Kaliumklorida (KCl) atau muriate of potash (MOP)
(40-60% K2O).
-
Kaliumsulphat (K2SO4) atau
sulphat of potash (SOP)(50% K2O), digunakan untuk tanaman yang
sensitif terhadap Cl seperti pada kentang dan tembakau.
Pupuk-pupuk majemuk yang mengandung kalum:
-
Kaliummagnesiumsulphat / patentkali / Kalimags,
mengandung Mg dan S sangat cocok pada tanah-tanah yang miskin Mg dan S.
-
KNO3
(Grand K) biasanya digunakan untuk tanaman semusim, dan dapat juga digunakan
dengan sistim fertigasi.
Gambar
7. Perubahan bentuk kalium dalam tanah
3.5
Pencampuran Pupuk dan Penyimpanannya
Pencampuran
pupuk yang tak tepat dan atau penyimpanan yang tidak tepat dapat mengakibatkan
kehilangan pupuk yang besar. Beberapa
aspek penting dalam mempertimbangkan pencampuran dan penyimpanan pupuk adalah
sebagai berikut:
-
Urea hendaknya tidak dicampur dengan Ammonium
nitrat.
-
Urea dapat dicampur dengan banyak pupuk lain tapi
hanya sesaat setelah aplikasi.
Jangan menyimpan pupuk setelah
dicampur.
-
Ammonium Phosfat dan Super Phosfat hendaknya jangan
dicampur dengan kapur, atau rock phosfat.
-
KCl dan KSO4 dapat dicampur dengan banyak pupuk
lainnya, tetapi pencampuran dengan urea dan Kalsium Ammonium Nitrat tidak dapat
disimpan.
-
Kalsium Ammonium Nitrat jangan dicampur dengan
dolomite/rock phosfat, tetapi dapat dicampur dengan urea, Single Super Posfat,
dan Ammonium Phosfat segera sebelum apliksai.
-
Pupuk-pupuk yang berbentuk granular/prill/kristal
hendaknya tidak dicampur dengan kapur pertanian atau pupuk yang berbentuk
tepung.
Untuk lebih mudah dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 4. Kecocokan pencampuran
pupuk
Jenis
Pupuk
|
CaCO3
|
K2SO4,
KMgS
|
KNO3
|
KCl
|
Rock
Phosfat
|
Hyperphosfat
|
DAP
|
TSP / SP36
|
Calcium
Cyanamid
|
Urea
|
Amm.Nitrat
+ Ca Karbonat
|
Amm.
Sulphat Nitrat
|
Amm.
Sulphat
|
Ca Nitrat
|
-
|
-
|
O
|
-
|
-
|
-
|
X
|
X
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Amm.
Sulphat
|
X
|
O
|
-
|
O
|
O
|
-
|
O
|
O
|
X
|
-
|
X
|
O
|
|
Amm.
Sulphat Nitrate
|
X
|
O
|
O
|
-
|
-
|
X
|
O
|
O
|
X
|
X
|
O
|
|
|
Amm.
Nitrat + Ca-carbonat
|
X
|
-
|
-
|
-
|
O
|
X
|
O
|
-
|
X
|
X
|
|
|
|
Urea
|
-
|
O
|
-
|
-
|
O
|
O
|
O
|
-
|
X
|
|
|
|
|
Calcium
Cynamide
|
O
|
O
|
-
|
-
|
O
|
O
|
X
|
X
|
|
|
|
|
|
TSP / SP36
|
-
|
O
|
-
|
O
|
O
|
X
|
-
|
|
|
|
|
|
|
DAP
|
-
|
O
|
-
|
O
|
O
|
X
|
|
|
|
|
|
|
|
Hyperphosfat
|
O
|
O
|
-
|
O
|
O
|
|
|
||||||
Rock
Phosfat
|
O
|
O
|
-
|
O
|
|
|
|
||||||
KCl
|
O
|
O
|
-
|
|
|
O = cocok/dapat dicampur
|
|||||||
KNO3
|
O
|
-
|
|
|
|
- =
cocok terbatas (segera digunakan) .
|
|||||||
KSO4, KMgS
|
O
|
|
|
|
|
X = tidak dapat dicampur
|
Penyimpanan:
- Tidak
menyimpan pupuk di tempat yang lembab dan kotor pastikan bahwa kantong pupuk
tidak dapat tembus air dan atap yang bocor atau cipratan dari dinding atau
lantai.
- Hendaknya menggunakan alas kayu (palet) pada
penumpukannya.
- Menutup kembali karung (bag) setelah pupuknya
diambil sebagian.
Kelembaban relatif:
Nilai kritis kelembaban relatif pada temperatur standar 30 ºC ditunjukan
pada tabel 5-6. Artinya pupuk akan mulai
menyerap air ketika nilai kritis kelembaban relatif melebihi kelembaban relatif
(RH) di lingkungan (atmosfir). Pupuk
cenderung untuk menyerap air dari atmosfir (sifat higroskopis) dan dapat
menjadi meleleh dan kemudian mengeras sehingga bentuk partikelnya tidak dapat
digunakan. Pupuk-pupuk
yang mempunyai nilai kritis kelembaban relatif rendah cenderung akan
menggumpal.
Tabel 5.
Nilai Critical Relative Humidity (CRH) pada beberapa pupuk:
Pupuk
|
CRH
|
1. Ammonium Nitrat
|
58
|
2. Urea
|
70
|
3. KCl
|
76
|
4. Ammonium Sulfat
|
79
|
5. TSP
|
95
|
6. K2SO4
|
96
|
Tabel 6. Nilai indeks garam dan keasaman dalam
penggunaan pupuk
Material
|
Keasaman
(Kg CaCO3 / 100 gr material)
|
Indeks
garam
(Kg / Kg material)
|
1.
Urea
|
-
84
|
-
|
2.
Ammonium Nitrat
|
-
63
|
-
|
3.
Ammonium Sulphat (ZA)
|
-
112
|
-
|
4.
Mono Ammonium Sulphat
|
-
65
|
-
|
5.
DAP (54 % P2O5)
|
-
74
|
34.2
|
6.
DAP (46 % P2O5)
|
-
64
|
-
|
7.
Super Phosfat (48 % P2O5)
|
-
|
10.1
|
8.
Super Phosfat (45 % P2O5)
|
-
|
10.1
|
9.
Super Phosfat (20 % P2O5)
|
-
|
7.8
|
10. Mono Kalsium Phosfat
|
0
|
-
|
11. KNO3
|
+
26
|
-
|
12. CaNO3
|
+
20
|
-
|
13. Rock Phosfat
|
+
56
|
-
|
14. KCl
|
0
|
116.3
|
15. K2SO4 (ZK)
|
0
|
46.1
|
16. MgSO4
|
0
|
38.7
|
17. Gypsum
|
0
|
8.1
|
18. Kalicite
|
+
80 s.d + 95
|
4.7
|
19 Dolomite
|
+
90 s.d + 100
|
0.8
|
IV. EFISIENSI
PEMUPUKAN
Proporsi unsur hara yang terambil tanaman selama masa
pertumbuhannya adalah:
- Niotrogen : 50
- 70 %
- Phosphat :
15 %
- Kalium :
50 - 60 %
Meskipun hanya 50 - 70 % nitrogen yang diaplikasikan
dapat diserap tanaman tetapi di dalam pelaksanaanya kehilangan nitrogen dapat
lebih besar lagi. R. S. Paroda (1997),
di India menyata-kan bahwa efisiensi penggunaan nitrogen bervariasi dari 20 % -
25 % di padi, 21 - 45 % di jagung, dan 45 - 50 % di wheat. Efisiensi pemupukan nitrogen adalah 30 - 40 %
untuk padi dan efisiensi pemupukan unsur mikro seperti Zn jarang yang melebihi
10 - 15 %.
Phosfat dan Kalium telah diketahui bahwa phosfat dan
kalium dapat dijerap oleh tanah sehingga kurang tersedia untuk tanaman. Pupuk phosfat hanya sekitar 15 % hara yang
dapat terambil oleh tanaman setelah beberapa saat aplikasi. Hal ini disebabkan phosfat yang diaplikasikan sebagian besar terjerap
oleh koloid tanah. Oleh sebab itu
pemberian pupuk phosfat sebaiknya dilakukan dengan penaburan berbentuk
jalur-jalur, untuk mengurangi sekecil mungkin persinggungan dengan partikel-partikel
tanah. Tetapi dari hasil percobaan
menunjukkan bahwa keadaan phosfat yang terjerap dapat tersedia kembali untuk
tanaman pada beberapa waktu setelah aplikasi setelah dilakukan pembenahan pada
kimia tanah terutama pH.
V. PENUTUP
Bacaan ini sebagai
informasi yang diharapkan akan berguna dalam pelaksanaan program
pemupukan di lapangan. Dengan
menggunakan cara, dosis, waktu, dan jenis pemupukan yang tepat akan sangat
menunjang dalam usaha meningkatkan efisiensi pemupukan. Dengan pemupukan yang efisien secara langsung
dapat meningkatkan keuntungan para praktisi pertanian.
Lampiran 1.
Fungsi
Unsur Hara Bagi Tanaman
1. Nitrogen (N)
- Merupakan komponen penting untuk sintesis klorofil dan merupakan bagian dari molekul protein, sehingga berperan dalam fotosintesis.
- Berperan dalam setiap proses fisiologi tanaman dan merupakan bahan penyusun utama protoplasma sel, protein, asam amino, amida, dan alkaloid.
- Mempertahankan lancarnya aktivitas metabolisme sehingga menunjang pertumbuhan tanaman, yang berkorelasi positif pada produksi tanaman.
- Dalam jumlah yang besar diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.
- Kekuarangan N dapat mengurangi penggunaan energi matahari sehingga mengurangi produksi karbohidrat (yang merupakan faktor pembatas dalam pengambilan nutrisi lain), dan menghambat sintesa protein. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan tanaman kerdil, hasil menurun, dan kualitas tanaman menurun.
- Merupakan bagian dari asam nukleat (AND dan ARN).
- Merupakan unsur pokok pada struktur dinding sel.
2. Potassium (K)
Potassium adalah salah satu dari unsur
esensial untuk pertumbuhan tanaman dan sangat vital untuk mempertahankan hasil
yang tinggi pada pertanian modern.
Tanaman membutuhkan potassium sebanyak atau bahkan melebihi kebutuhan
nitrogen. Potassium tidak hanya
meningkatkan hasil tetapi juga meningkatkan kualitas tanaman. Adapun peranan potassium secara sepesifik
adalah sebagai berikut:
- Berperan aktif dalam proses fisiologi seperti; sintesis dan transpirasi unsur,
- Berperan sebagai katalisator dalam setiap proses biokimia yang penting serta merupakan regulator dalam proses pembentukan jaringan tanaman (Turner an Gilbanks, 1979).
- Pada berbagai jenis tanah, dapat meningkatkan produksi tandan/buah terutama pada tanah yang kandungan pasirnya tinggi serta pada tanah alluvial dan hidromorfik (Hew. et. al., 1973).
- Merupakan unsur esensial pada proses fotosintesis.
- Mengaktivasi lebih dari 60 sistem enzimatik.
- Dibutuhkan untuk pengambilan nitrogen dan sintesa protein pada tanaman.
- Mengontrol keseimbangan air pada daun untuk efesiensi penggunakan air.
- Meningkatkan pertumbuhan perakaran.
- Memperbaiki toleransi tanaman terhadap kekeringan.
- Meningkatkan ketahanan pada cuaca buruk.
- Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit tanaman;
-
Mempertebal
dinding sel,
-
Memperkuat
batang dan tangkai tanaman,
-
Mencegah
akumulasi gula yang berlebihan di daun,
-
Mencegah
akumulasi dari nitrogen yang tidak digunakan,
- Meningkatkan fiksasi nitrogen pada tanaman legume
- Meningkatkan efesiensi penggunaan nitrogen di dalam tanaman.
- Meningkatkan persentase nitrogen di dalam biji/buah.
- Meningkatkan kandungan pati, minyak, dan vitamin C.
- Meningkatkan kualitas warna buah dan cita rasa.
- Memperbaiki daya simpan, dan ketahanan pengangkutan pada produk-produk pertanian.
- Membantu tanaman agar toleran terhadap stress akibat cekaman lingkungan:
-
Menstabilkan
transpirasi tanaman melalui pengontrolan pembukaan stomata, memelihara turgor
sel, dan mengurangi kehilangan air dan kelayuan.
-
Meningkatkan
pertumbuhan seluruh xylem dan tempat-tempat penampungan karbohidrat dan gula di
dalam sel, yang akan meningkatkan ketahanan terhadap cuaca dingin (pembekuan).
-
Membentuk
selulose dan melawan pengaruh nitrogen yang berlebihan, membuat batang/tangkai
lebih kuat dan tebal.
3. Phosfor (P)
- Merupakan komponen utama asam nukleat (nucleic acids) yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan akar.
- Mempunyai hubungan yang erat dengan unsur hara lain, dan proses respirasi, serta berpengaruh pada waktu kematangan buah.
- Mempunyai peranan yang sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi tandan/buah yang komponennya aktif pada setiap proses fisiologi baik yang menyangkut pertumbuhan maupun aktivitas generatif.
- Berperan dalam proses fotosintesis, respirasi (penggunaan gula), penyimpanan dan transfer energi, pembelahan dan pembesaran sel, kode genetik, dan lain-lain.
- Kecukupan P mempercepat proses pertumbuhan akar.
- Memperbaiki kualitas dan hasil buah dan biji.
- Mempercepat penuaan tanaman (memperpendek umur).
- Meningkatkan ketahanan terhadap iklim dingin.
- Memperbaiki efesiensi penggunaan nutrisi lain seperti Nitrogen dan air.
4. Calsium (Ca)
- Kalsium menstimulasi perkembangan akar dan daun.
- Sebagai bahan pembentuk dinding sel.
- Berperan dalam sistem fisiologi enzim, reduksi nitrat, dan menetralisir asam organik.
- Berpengaruh pada control pH di dalam sel dan penstabil struktur dan permeabilitas membaran sel.
- Bertindak sebagai regulator ion pada translokasi karbohidrat dan ini berpengaruh pada sel dan dinding sel.
- Ikut serta pada proses pembelahan mitosis.
- Berpengaruh menguntungkan pada vigor tanaman dan memperkaku jerami, dan juga pembentukan biji.
- Berperan pada aktivator pada enzim-enzim tertentu.
5. Magnesium (Mg)
- Berperan dalam sistem enzim dan merupakan bahan utama zat hijau daun (chlorophyl).
- Berfungsi juga dalam pembentukan ikatan phospholipids dalam minyak.
- Merupakan unsur pokok klorofil dan sebagai aktivasi photosintesis.
- Membantu metabolisme posfat, penggunaan gula oleh tanaman, dan sebagai aktivasi beberapa sistem enzimatik.
- Sebagai regulator (pengaturan) dalam penyerapan unsur lain, seperti P dan K.
- Merangsang pembentukan senyawa lemak dan minyak.
- Membantu translokasi pati dan distribusi phosphor di dalam tanaman.
- Aktivator berbagai jenis enzim tanaman.
6. Sulfur (S)
- Sulfur merupakan unsure esensial pembentuk protein karena pasti terdapat pada asam amino.
- Sebagai bagian dari protein, maka sulfur penting dalam aktivitas enzim.
- Sulfur juga terlibat pada formasi nodul dan fiksasi nitrogen pada tanaman legume.
- Penting di klorofil meskipun tidak terdapat pada molekul klorofil.
- Berperan penting pada sintesa protein, sintesa klorofil, proses fotosintesis, sistem enzim, dan pembentukan minyak.
- Sulfur menjadi unsure utama setelah nitrogen dalam proses pembentukan protein, sehingga sangat membantu perkembangan bagian titik tumbuh tanaman.
- Berperan dalam pembentukan klorofil dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan jamur.
- Berperan dalam pembentukan senyawa minyak yang menghasilkan aroma, seperti bawang merah, bawang putih, dan cabe.
- Merangsang pembentukan bintil akar pada tanaman kacang-kacangan.
- Berfungsi sebagai activator enzim pembentuk papain pada papaya.
- Menurunkan pH alkali.
7. Boron (B)
- Penting untuk perkecambahan serbuk sari biji-bijian dan pertumbuhan kotak serbuk sari
- Penting pada benih dan pembentukan dinding sel.
- Berperan penting dalam memacu pembelahan sel pada jaringan muda.
- Dalam bentuk gula/komplek borat, berasosiasi dengan gula mentransformasi protein dan berpengaruh terhadap formasi protein.
- Menjaga keseimbangan bentuk gula-pati, translokasi gula-pati, pembelahan sel, metabolisme N dan P, dan pembentukan protein.
- Kekurangan B secara umum menyebabkan tanaman jadi kerdil, bagian tanaman yang pertama dipengaruhinya adalah titik tumbuh dan daun-daun muda.
- Kekurangan B juga secara spesifik menyebabkan:
-
Batang
bengkok dan retak pada seledri.
-
Busuk
inti (corky core), warna apel pucat, kulit buah retak, dan rasanya seperti
gabus pada apel.
-
Malformasi
dan nipple end pada buah pisang.
-
Retak
pada buah nanas.
-
Rosett dan ujung
tunas menguning kemudian mati pada berbagai tanaman.
-
Menghambat
pemunculan tassel dan earn (tongkol), tongkol kadang-kadang menjadi bengkok
pada jagung.
-
Daun menjadi
lebih tipis dan muncul bercak-bercak kuning pada kubis.
-
Daun menggulung
kebawah dan timbul bercak kuning pada bunga kol.
-
Daun mengecil dan
muncul bercak-bercak kuning, bunga cepat rontok, daging buah keras, kulit buah
menipis, pada jeruk.
- Membantu dalam proses sintesis protein, mebantu metabolisme karbohidrat, mengatur kebutuhan air di dalam tanaman, membentuk serat dan biji, dan merangsang proses penuaan tanaman sehingga jumlah bunga dan hasil panen meningkat.
8. Zeng (Zn)
- Berperan pada sistem enzimasi dan penting untuk memacu reaksi metabolisme.
- Sangat penting untuk produksi klorofil dan karbohidrat
- Difisiensi Zn terlihat pada daun-daun muda (daun memutih, atau hijau terang)
- Berperan dalam sintesis protein, pembnetukan pati, sistem enzim, perkembangan, hormon.
- Tanaman yang peka terhadap kekurangan Zn adalah: jeruk, jagung manis, kacang-kacangan, anggur, kapas, padi, dan bawang.
- Kekurangan Zn: Ruas bagian pucuk memendek sehingga membentuk gejala rosett, pembentukan bakal buah terhambat atau tanaman sama sekali tidak dapat berbuah, pembentukan warna kuning diantara tulang daun pada daun muda, ukuran daun menjadi lebih sempit, kecil, dan menebal.
9. Mangan (Mn)
- Merupakan bagian dari sistem enzimatik.
- Mengaktivasi beberapa reaksi penting metabolisme dan secara langsung berperan pada proses fotosintesis dengan membantu sintesis klorofil.
- Jika terdapa P dan Ca yang cukup dapat memacu perkecambahan dan mempercepat umur penuaan dan umur panen.
- Berperan pada fotosintesis, sistem enzim, sintesis protein, pembentukan klorofil, dan metabolisme nitrogen.
- Gejala kekurangan Mn: daun muda berwarna kuning, tetapi tulang daun masih berwarna hijau, hal ini kerap dijumpai pada tomat, bawang, bayam, kedelai, kacang tanah, dan terkadang jagung.
10.
Cuprum (Cu)
- Sangat penting dalam pembentukan klorofil dan katalisator beberapa reaksi dalam tanaman meskipun tidak selalu terdapat dalam produk reaksi-reaksi tersebut.
- Berperan dalam sistem enzim, sistem protein, pembentukan klorofil, dan metabolisme nitrogen.
- Sebagai katalisator dalam proses pernapasan dan perombakan karbohidrat,
- Tanaman gandum, lettuce, bawang, bayam, dan jagung sangat peka terhadap kekurangan Cu.
- Gejala kekurangan Cu: daun muda akan menguning, pertumbuhannya tertekan kemudian berubah memutih. Sementara itu daun-daun tua akan gugur.
- Kekurangan Cu pada padi ditunjukkan dengan gejala daun muda yang memutih dengan ujungnya mongering. Beberapa tanaman sayuran menunjukkan gejala layu, kemudian timbul bercak berwarna kebiru-biruan. Pada kulit buah jeruk terlihat retak-retak dan bercak hitam seperti luka yang mongering. Pada tahap vegetatif pada batang jeruk tumbuh tonjoloan getah yang melepuh. Gejala lain yang mungkin timbul yakni tanaman menjadi kerdil atau pigmentasi yang buruk.
11.
Besi (Fe)
- Berperan dalam pembentukan klorofil, pembentukan protein, sistem enzim, respirasi, fotosintesis, dan transfer energi.
- Merupakan katalisator dalam pembentukan klorofil dan bertindak dalam pengangkutan oksigen.
- Membantu pembentukan sistem respirasi enzim pada tanaman.
- Kekurangan unsur besi pada jeruk memperlihatkan gejala pada daun muda adalah tulang daunnya berwarna hijau dan daerah sekitarnya berwarna kuning.
12. Clorida (Cl)
- Berperan dalam beberapa proses tanaman, termasuk fotosintesis, translokasi gula, dan memelihara atau meningkatkan potensial air di daun.
- Berperan pada reaksi energi pada tanaman, spesifiknya berperan pada pematahan kimia air pada reaksi fotosintesis.
- Ikut berperan juga pada sistem enzimatik.
- Berperan pada transportasi beberapa kation; K, Ca, Mg, antar bagian tanaman, sebagai regulator aktivitas pelindung stomata, sehingga mengontrol kehilangan air melalui penguapan, dan memelihara tekanan turgor sel.
- Mengurangi stress tanaman akibat kekeringan.
- Kecukupan unsure ini berkorelasi dengan busuk tangkai pada jagung.
- Unsur Cl diperlukan dalam proses fotosintesis. Keberadaanya tidak dihasilkan dari metabolisme tanaman
- Fungsi Cl berkaitan langsung dengan pengaturan tekanan osmosis di dalam sel tanaman.
- Gejala kekurangan Cl pada tanaman tomat (hidroponik) adalah pertumbuhan akar tertekan, daun layu dan berwarna kuning, serta muncul bercak-bercak kuning dipermukaannya.
- Beberapa tanaman menunjukan respon yang positif terhadap tambahan Cl adalah tembakau, tomat, kentang, kol, jagung, dan wortel.
13. Molibdenum (Mo)
- Berperan pada sintesis protein, fiksasi nitrogen oleh legume, sintesis enzim, dan metobolisme nitrogen.
- Dibutuhkan untuk sintesis dan aktivasi enzim nitrat reduktase. Enzim ini mereduksi nitrat-nitrogen menjadi ammonium-nitrogen di dalam tanaman.
- Mo juga merupakan unsure vital untuk proses simbiosis fiksasi nitrogen oleh Rhizobia di tanaman legume.
- Brokoli, bawang, dan bayam adalah jenis tanaman yang sangat peka terhadap kekurangan Mo. Gejala kekuarangan Mo sangat mirip dengan gejala kekurangan Nitrogen. Gejala kekurangan Mo ditandai dengan munculnya warna kuning diantara tulang daun.
- Pada jeruk, di bagian daunnya muncul bintik-bintik kuning yang kemudian menguring. Pada kembang kol, daun menjadi lebih panjang dan sempit. Gejala umum lainnya adalah daun menggulung, keriput, dan mengering.
* AYUK JOIN DAN RASAKAN SENSASI BERMAIN *
BalasHapusAyam Sabung Taji
Ayambangkok Pukul KO
Arena Sabung Ayam
Judi Sabung Ayam
Pisau Sabung Ayam
Sabung Ayam Online
* KUNJUNGI SITUS KAMI DI *
http://www.gorengayam.org
* HANYA DI SINI ANDA BISA MERASAKAN KEMENANGAN TERUS MENERUS *
http://panggangayammarketing.blogspot.com/2018/09/ciri-ciri-ayam-aduan-pakhoy-import-yang.html
Bermain permainan Judi Taruhan Sabung Ayam tapi tak dibayar?
BalasHapusTenang, Agen BOLAVITA menyediakan permainan Sabung Ayam Aman dan Terlengkap yang berapapun kemenangan Anda pasti akan langsung di bayar!!
Bolavita.ltd merupakan Agen Resmi Taruhan Online Terbaik dan Terpercaya di Indonesia. Percayakan taruhan Anda hanya pada Agen Profesional dan Resmi yaitu Taruhan Online BOLAVITA.
Promo yang diberikan Agen BOLAVITA:
♣ Bonus New Member 10%
♣ Bonus Deposit Setiap Hari 5%
♣ Bonus Cashback 5 - 10%
♣ Bonus Referral 7 + 2%
♣ Bonus Flash Deposit 10%
dan masih banyak bonus menarik lainnya !!!
Segera daftar, main dan raih bonus nya sekarang juga!!!
Baca juga =
1. Cara Membuat Akun dan Bermain di Situs S128
2. Promo Promo BOLAVITA
Untuk info selanjutnya, bisa hubungi kami VIA:
BBM : BOLAVITA / D8C363CA
Whatsapp : +62812-2222-995
Livechat 24 Jam